KUNINGAN (MASS) – Hari Guru selalu menjadi momen yang istimewa bagi para santri. Bukan sekadar tanggal 25 November yang diperingati setiap tahun, tetapi hari ketika rasa syukur dan terima kasih kepada para guru mengalir begitu dalam. Dari suara hati para santri, tergambar betapa berharganya sosok guru dalam perjalanan mereka menuntut ilmu dan membangun masa depan.
Guru sebagai Penumbuh Minat dan Masa Depan
Bagi sebagian santri, guru adalah sosok yang menumbuhkan kembali minat dan tujuan belajar yang sempat pudar. Abdullah Kafie Elazzam dari kelas 7A mengingatkan bahwa minat tidak tumbuh begitu saja—ia butuh motivasi, dukungan orang tua, penguatan tujuan, hingga upaya sungguh-sungguh (ikhtiar). Menurutnya, banyak orang sukses memulai langkahnya dengan cara sederhana: menulis cita-cita, menempelkan motivasi, dan membaca tujuan berulang kali. Guru hadir sebagai pendorong semangat itu.
Guru: Sosok Istimewa, Setelah Ayah dan Ibu
Bagi Annisa Muslimatul Sholeha (VII D), Hari Guru adalah hari yang sangat istimewa setelah Hari Ibu dan Hari Ayah. Ia melihat guru sebagai pemberi ilmu yang manfaatnya tidak pernah habis, karenanya penghormatan dan rasa syukur wajib ditujukan kepada mereka.
Pahlawan Tanpa Jasa yang Selalu Hadir
Zaka Nuril Batrisyia (VII D) menggambarkan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang rela berkorban demi mendidik murid-muridnya. Mereka datang setiap hari, sabar membimbing, dan tidak pernah mengeluh meski murid sering sulit diatur. “Kami tidak akan menjadi apa-apa tanpa guru,” tulisnya.
Ketulusan, Kesabaran, dan Keikhlasan Guru
Bagi Kaisa Halwa (7D), Hari Guru adalah hari untuk menghargai tenaga, kesabaran, dan keikhlasan bapak/ibu guru serta ustadz/ustadzah. Pengabdian mereka layak dirayakan bukan hanya dengan ucapan, tetapi dengan kesadaran betapa besarnya jasa mereka.
Aliya Zahra Adlynnisa (7D) menambahkan, guru tidak butuh penghargaan besar, mereka hanya ingin melihat muridnya sukses membawa ilmu yang diajarkan.
Tempat Pulang Saat Bingung dan Hilang Arah
Putri Halwa Herhani menyampaikan ungkapan puitis: guru adalah penunjuk jalan ketika murid kehilangan arah. Terima kasih yang mendalam ia tujukan pada guru yang telah membimbingnya satu per satu.
Guru, Pembentuk Akhlak dan Masa Depan
Menurut Maziyatunnisa (VII D), guru adalah pahlawan ilmu. Tanpa mereka, seorang santri tidak akan tumbuh menjadi pribadi berakhlak. Semua itu lahir dari pengorbanan guru yang begitu besar.
Hayfa Rafa Fathina pun menegaskan bahwa Hari Guru bukan sekadar hadiah atau perayaan. Guru adalah orang tua kedua di sekolah—mereka membimbing, menuntun, dan menjaga murid-muridnya dengan penuh kasih.
Tempat Curhat, Tempat Mengadu, Tempat Belajar
Bagi Aqeela (VII D), guru tidak hanya mengajar. Mereka menjadi tempat cerita ketika sedih, tempat bertanya saat bingung, dan tempat bersandar ketika ada masalah. Sabar mereka tidak pernah habis, meski murid sering membuat jengkel.
Pengorbanan Guru Tidak Terlihat, Tapi Terasa
Nadzira Maulida (VII D) mengingatkan bahwa banyak guru tetap mengajar meski sedang sakit, kehujanan, atau dilanda persoalan pribadi. Semua mereka lakukan demi masa depan murid. “Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya,” tulisnya—menggambarkan betapa istimewanya pengabdian guru.
Guru, Cahaya dalam Kebodohan
Menurut Kireina Pelangi Pratama, Hari Guru adalah hari “terima kasih” bagi orang istimewa yang memberi segudang ilmu. Davina menambahkan, hari ini bukan tentang siapa guru terbaik, tetapi tentang bagaimana murid menunjukkan kasih sayang kepada semua guru.
Raffi Azmi Sarfan (7A) menegaskan bahwa guru bukan sekadar profesi. Mereka adalah sosok yang sabar mengajar tanpa pamrih. Sedangkan Gazza menyampaikan bahwa tanpa guru, manusia hanyalah “orang-orang bodoh yang kehilangan arah.”
Menghargai Guru Setiap Hari
Menurut Dzaki (VII A), Hari Guru adalah momen apresiasi, meski sebenarnya penghargaan kepada guru bisa dilakukan setiap hari. Guru adalah orang tua kedua yang menjaga dan mendidik murid dengan tulus.
Guru Mengorbankan Waktu dan Tenaga
M. Fadlan Fathurrohman menutup dengan pesan mendalam: guru rela meluangkan waktu, kadang lebih banyak untuk murid daripada keluarga mereka sendiri. Mereka berjasa besar bagi bangsa, namun tidak semua orang menyadari besarnya pengorbanan itu.
⸻
Dari seluruh suara santri, tergambar satu hal yang sama:
Guru adalah sosok yang tidak tergantikan.
Mereka adalah pahlawan, penuntun jalan, penjaga cita-cita, teman cerita, dan orang tua kedua di sekolah maupun pesantren.
Hari Guru hanyalah satu hari dalam kalender, tetapi bagi santri—
setiap hari adalah Hari Guru.
Terima kasih guru-guru kami. Semoga Allah membalas semua jasamu dengan pahala yang tidak putus.
Penulis : Abdullah Kafie Elazzam dkk
Santri Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat
