KUNINGAN (MASS) – Permainan tradisional seperti gatrik, oray-orayan, lompat tali karet, kaleci, bekel, congklak, engklek, gobak sodor, dan susumputan pernah menjadi bagian tak terpisahkan dari masa kecil anak-anak Indonesia. Di era sebelum gadget mendominasi, permainan-permainan tersebut menjadi sarana hiburan yang mengedepankan kebersamaan, kreativitas, dan nilai-nilai sosial. Kini, tradisi itu mulai diperkenalkan kembali melalui kegiatan bertajuk “Ngamumule Kaulinan Tradisional Jeung Pangan Lokal.”
Suci selaku Ketua UKM PBM Unisa menyoroti, bahwa saat ini anak-anak lebih banyak bermain gadget, sehingga permainan tradisional semakin jarang terlihat. Kemudian ia menjelaskan, kegiatan itu diinisiasi oleh Mahasiswa Universitas Islam Al-Ihya (Unisa) Kuningan dari UKM PBM dan HIMA PAI, bekerja sama dengan Rumah Baca Cerdas Ceria Cibingbin, pada Minggu (29/12/2024) di Cipondok, Cibingbin.
“Seru ya, ikutan permainan tradisional. Terus terang serasa kembali ke zaman dulu pas waktu TK dan SD, karena dulu saya sering main permainan ini. Jadi nostalgia,” ujarnya.
Resa Maulana, Ketua HIMA PAI, menambahkan, acara tersebut mendapat sambutan hangat dari anak-anak setempat yang antusias mengikuti permainan tradisional. Menurutnya, permainan itu memiliki banyak manfaat, di antaranya meningkatkan kreativitas, membentuk karakter, meningkatkan kemampuan sosial, dan membantu perkembangan motorik anak.
“Dengan permainan ini, kita juga mengajarkan anak-anak untuk menghargai budaya dan tradisi lokal,” tambahnya.
Disisi lain, Kaprodi PAI Unisa, O. Rahmat Hidayat, S.Pd.I, M.Ag yang juga selaku Pembina berharap, kegaian tersebut yang merupakan langkah awal, diharapkan dapat memotivasi kolaborasi lebih luas antara mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya.
“Kami berharap adanya dukungan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata agar kegiatan semacam ini dapat terus berkembang. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan memperoleh keterampilan sosial, komunikasi, dan kerja sama tim dari kegiatan ini,” harapnya.
Sementara itu, pemilik Rumah Baca Cerdas Ceria Mayasyaroh, mengungkapkan, tujuan utama kegiatan itu untuk melestarikan permainan tradisional dan memperkenalkannya kepada generasi muda. Kegiatan tersebut tidak hanya menjadi ajang nostalgia, tetapi juga bentuk edukasi yang menyenangkan bagi anak-anak.
“Alhamdulillah respons anak-anak sangat positif. Ini menunjukkan bahwa meskipun jarang dimainkan, permainan tradisional tetap mampu menarik minat mereka,” ungkapnya. (argi)