KUNINGAN (MASS) – Mahasiswa bukan sekadar individu yang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Lebih dari itu, mahasiswa memiliki identitas sosial yang kuat dalam sejarah bangsa sebagai kelompok intelektual yang berperan penting dalam perubahan sosial. Salah satu peran utama mahasiswa adalah sebagai agent of social control, atau agen pengontrol sosial. Peran ini bukan hanya idealisme, tetapi juga tanggung jawab yang melekat dalam status kemahasiswaan.
Sebagai agen kontrol sosial, mahasiswa memiliki fungsi untuk mengawasi dan mengkritisi berbagai fenomena sosial yang berkembang di masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan publik, keadilan sosial, dan arah pembangunan bangsa. Dengan pengetahuan, nalar kritis, dan semangat idealisme yang mereka miliki, mahasiswa diharapkan dapat menjadi suara alternatif yang mendorong terwujudnya masyarakat yang lebih adil dan demokratis.
Salah satu tokoh besar Indonesia, Buya Hamka, pernah mengingatkan: Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan pun hidup. Kalau kerja sekadar kerja, kera pun bekerja.
Kutipan ini menyentil makna dari kehidupan dan pengabdian. Mahasiswa tidak cukup hanya hidup untuk dirinya sendiri, tetapi harus berperan aktif dalam kehidupan sosial, membawa makna dalam tindakan dan perjuangan.
Mahasiswa memiliki modal penting berupa pengetahuan dan energi muda. Hal ini menjadi kekuatan moral dalam melakukan kontrol sosial, baik melalui diskusi, penulisan, aksi sosial, maupun advokasi kebijakan. Peran ini tidak harus dilakukan secara konfrontatif, tetapi bisa diwujudkan dengan cara yang solutif, kreatif, dan penuh tanggung jawab.
Tokoh pemikir dan pendidik nasional lainnya, Ahmad Dahlan, memberikan pesan yang sangat relevan bagi generasi muda: “Hidup-hidupilah jiwamu, jangan mati sebelum mati.”
Ini adalah ajakan agar setiap insan, termasuk mahasiswa, tidak hanya hidup secara fisik, tetapi juga hidup dalam kesadaran, semangat, dan kontribusi nyata bagi lingkungan dan masyarakatnya.
Di tengah derasnya arus informasi dan tantangan zaman, mahasiswa memiliki akses luas untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan melalui berbagai cara yang cerdas dan beretika. Namun demikian, mahasiswa juga harus mampu menjaga integritas, mengedepankan kejujuran intelektual, dan tetap berpijak pada nilai-nilai etika dan kemanusiaan.
Mahasiswa sebagai agen sosial kontrol bukan hanya simbol, tetapi merupakan fungsi nyata dalam menjaga nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan dalam masyarakat. Dengan semangat idealisme dan nalar kritis yang terus diasah, mahasiswa dapat menjadi penggerak perubahan sosial yang bermakna.
Sebagaimana Buya Hamka juga pernah mengatakan: Teguh pendirian adalah kekayaan jiwa yang tak ternilai.
Maka, mahasiswa harus terus belajar, berpikir kritis, dan memiliki keberanian moral untuk menjadi suara kebaikan di tengah tantangan zaman apa pun bentuk perjuangannya, selama membawa nilai dan kebermanfaatan.
Sebagai mahasiswa, mungkin kita pernah melakukan kesalahan, pernah terlambat memahami peran, atau sempat lalai dalam tanggung jawab. Namun, selama kita masih diberi waktu dan kesempatan, perubahan selalu mungkin terjadi. Jangan pernah ragu untuk memulai kembali, sebab masa depan bangsa ini tidak hanya ditentukan oleh siapa yang sempurna, tetapi oleh siapa yang mau terus belajar dan berbenah.
Oleh: Fillah Ahmad Abadi, Mahasiswa Kabupaten Kuningan
