KUNINGAN (MASS) – Kemunculan pandemi Covid-19 telah mempengaruhi konsumsi media digital sebagai sarana informasi menjadi meningkat.
Hal tersebut juga kian meningkatkan kemunculan sumber-sumber informasi palsu atau hoax yang dapat merugikan banyak pihak.
Karena hal itulah, mahasiswa program studi Ilmu komunikasi Unisma Bekasi, Nur Rohmah Wati yang tergabung dalam KKN-DT Kelompok 11.
Adapun Dosen Pembimbing Lapangan Siti Khadijah M Si dan reviewer Sya’baningrum Prihhartini M Hum.
Kelompok ini mengajarkan edukasi terkait pentingnya perilaku selektif dalam memfilter informasi, terutama racun hoax sebagai hal yang penting dalam pelaksanaan KKN-nya.
Nur menjelaskan, berdasarkan rilis yang disampaikan Kominfo dalam webnya, bahwa jumlah hoax terkait covid-19 dan vaksin telah mencapai 1.700 yang tercatat.
Mayoritas masyarakat, bahkan yang berdomisili di Kuningan masih banyak yang belum paham akan pentingnya memfilter informasi.
Diterangkan, dari observasi yang dilakukan, tidak sedikit masyarakat yang mudah percaya dengan berita atau informasi kontroversial hanya dengan proximity, atau kepercayaan orang-orang terdekat.
Padahal informasi tersebut belum jelas kebenarannya. Sehingga begitu penting edukasi digital diterapkan sejak dini pada anak untuk menghindari kerugian akibat hoax bahkan bahaya cyber.
Lebih lanjut tidak bisa dipungkiri bahwa remaja saat ini tidak sedikit yang terbiasa menggunakan smartphone, menggunakan mesin pencarian google, bahkan bersosial media.
“Sosial media yang dimaksudkan diantaranya seperti Facebook, Instagram, Twitter juga aplikasi sosial media lainnya,” tambah Nur.
Penggunaan media digital inilah, kata Nur, yang perlu diperhatikan karena tanpa adanya pengawasan orang dewasa remaja bisa saja mengakses informasi yang dapat membahayakan dirinya.
Karenanya, dilakukanlah edukasi dalam rangka melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata Domisili Tinggal atau KKN-DT yang diselenggarakan perguruan tinggi tempatnya mengampu pendidikan.
Mahasiswa yang berkuliah di Universitas Islam 45 Bekasi ini juga menambahkan bahwa remaja perlu diberikan edukasi terkait dunia cyber.
Hal ini agar kelak dewasa nanti tidak tersesat dengan mental yang mengarah pada kepercayaan hoax.
Nur mengatakan bahwa dikarenakan tahun 2021 virus covid-19 masih mewabah, sehingga pihak kampus memberikan kebijakan bahwa program KKN dilakukan secara individu di area domisili tinggal.
Ditinjau dari hal tersebut maka yang menjadi sasaran kegiatan ialah remaja yang berada di daerah tempat tinggalnya, yaitu kampung Dukuhrudin desa Lebakwangi kecamatan Lebakwangi.
Jumlah peserta yang turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut adalah 12 oranh dengan rentang usia peserta yaitu 10 hingga 19 tahun.
Dalam implementasinya, perempuan yang berusia 21 tahun ini mengatakan bahwa cukup sulit melaksanakan kegiatan KKN ini melalui daring.
Disamping karena dikerjakan individu, alasan lainnya karena keterbatasan fasilitas seperti kuota yang membuat peserta ogah-ogahan untuk bergabung. Namun kegiatan tersebut tetap terlaksana sebagaimana yang direncanakan.
Awalnya ia sempat ragu untuk melaksanakan kegiatan ini dikampung tinggal saya melalui daring, apalagi zoom meeting yang lumayan menghabiskan banyak kuota.
Namun karena untuk terlaksananya program ini dan turut membantu pemerintah dalam mencegah penularan rantai penyebaran covid-19, sehingga ia mengakalinya dengan menyediakan grup Whatsapp.
Dalam grup itu, dirinya mengarahkan peserta untuk bergabung dengan teman yang dekat.
“Jadi untuk yang rumahnya berdekatan, dalam satu akun zoom diisi dua sampai tiga orang,” jelasnya.
Pelaksanaan kegiatan edukasi dalam program KKN yang dilakukan oleh mahasiswa semester 6 ini dimulai pada Kamis 26 Agustus hingga Minggu 29 Agustus 2021.
Kegiatan tersebut digelar secara daring melalui zoom meeting dan grup chat whatsapp selama tiga hari.
Kemudian, satu hari pelaksanaan kegiatan secara luring atau tatap muka dengan tetap menerapkan prokes.
Selama empat hari kegiatan, pertemuan dijadwalkan setiap pukul empat sore. Waktu tersebut dipilih karena perserta yang berpartisipasi sebagian besar adalah siswa dan siswi yang masih sekolah.
Tidak hanya edukasi dalam memfilter hoax, Nur menyebutkan bahwa ada program kegiatan pendukung lainnya yang ia selenggarakan.
Dalam rangkaian kegiatannya, pada pertemuan hari pertama digelar melalui media zoom meeting yang dilakukan dua sesi.
Adapun materi terkait memfilter hoax lalu dilanjut sesi kedua materi sosialisasi aplikasi peduli lindungi sebagai media informasi terkait covid-19 serta sosialisasi 6M.
Pada hari ke-2 dan ke-3 melakukan zoom meeting dan grup whatsapp terkait pengenalan dunia citizen jurnalisme yang didalamnya peserta diarahkan untuk belajar membuat teras berita.
Kemudian pada hari ke-4 atau hari terakhir ditutup dengan review materi melalui zoom meeting serta pembagian masker.
Ada juga strap masker dan handsanitizer yang dilakukan secara tatap muka dengan tetap menerapkan prokes menggunakan masker.
Tujuan dari diadakannya program kegiatan ini adalah agar peserta sasaran dapat mengenal dan memahami topik materi yang dibahas.
Selain itu dapat mempraktikannya dikehidupan sehari-hari, seperti berperilaku selektif dalam menggunakan media digital dan menerapkan protokol Kesehatan 6M,” imbuh Nur.
Semenatara ityu, Cucu yang merupakan salah satu peserta yang turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut membenarkan kegiatan daring ini menyita banyak kuota.
“Kegiatan edukasi ini sangat bermanfaat ilmunya sehingga saya senang dan berpartisipasi mensukseskan acara hingga hari terakhir,” tandas. (Eki)