KUNINGAN (MASS) – Sejatinya Ramadhan adalah sebuah madrasah bagi orang-orang beriman.
Istilah sanlat atau pesantren kilat itu sebetulnya berlaku bagi siapa pun yang memasuki Ramadhan.
Karena sesungguhnya Ramadhan adalah sebuah sekolah yang mencetak para alumnus yang berkepribadian. Lalu pribadi seperti apakah yang sebetulnya ingin dicetak oleh madrasah Ramadhan?
Jika kita kembali kepada ayat-ayat yang berkaitan dengan puasa atau Ramadhan (surat Al-Baqoroh ayat 183 dan 185). Maka diujung ayat-ayat tersebut menyebutkan tentang Quality Asurance lulusan madrasah Ramadhan, yaitu:
Pertama, la’allakum tattaquun (agar kalian bertakwa). Kewajiban berpuasa menahan diri dari berbagai hal yang membatalkan seharusnya menjadikan pribadi yang bertakwa.
B diagiamana tidak, yang halal saja berusaha untuk tidak dimakan apalagi yang haram. Sehingga menjalani hidup penuh dengan kehati-hatian karena takut terjerumus kepada dosa dan maksiat.
Begitulah pribadi takwa sebagai mana disampaikan oleh sahabat Ka’ab bin Ubay saat ditanya oleh Umar bin Khattab, “Menurutmu apa itu takwa?” Tanya Umar kepada Ka’ab.
“Pernahkah engkau berjalan di sebuah kegelapan yang penuh dengan ranjau, onak dan duri?” Ka’ab balik bertanya kepada Umar.
“Iya, pernah”, jawab Umar. “Lalu apa yang kau lakukan?” Kembali tanya Ka’ab. “Aku lebih berhati-hati dalam berjalan”, jawab Umar. “Begitulah takwa!” Sambung Ka’ab.
Lalu tentang takwa. Jika kita korelasikan dengan ayat lain berkaitan takwa maka kita akan menemukan salah satunya di surat Al-Hujurat ayat 13:
(….إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ …)
[Surat Al-Hujurat 13]
Lafadz takwa pada ayat tersebut menggunakan Isim Tafdhil, atqo. Ini menunjukan bahwa takwa itu bertingkat. Dan kemulian disisi Allah adalah dilihat dari pangkat takwa.
Oleh karena itu setiap jumat kita senantiasa diingatkan oleh khotib untuk terus meningkatkan kualitas takwa kita. Maka semoga Ramadhan yang datang setahun sekali kepada kita pun menjadikan sarana bagi kita untuk senantiasa mengupgrade takwa kita. Sehingga pangkat takwa kita senantiasa terus meningkat dan lebih baik.
Kedua, la’allakum tasykuruun (agar kalian besyukur). Bersyukur adalah menerima dengan penuh lapang dada terhadap setiap apa yang telah Allah berikan, dengan kata lain tidak mengeluh, tidak aral.
Pada surat Al-Baqoroh ayat 61 adalah satu kisah yang dapat kita ambil hikmahnya. Ayat tersebut menceritakan tentang bani israil kaumnya Nabi Musa yang tidak sabar (mengeluh) dengan satu jenis makanan yang telah Allah berikan, sehingga mereka meminta agar Nabi Musa berdoa kepada Allah untuk mengirimkan jenis makanan lain, seperti sayur-mayur, timun, kacang adas dan bawang merah.
Jika kita lihat dengan kacamata manusiawi, maka kita akan melihat sebuah kewajaran manusia yang setiap hari makan daging, maka akan merasa bosan dan ingin makan sayur-mayur. Bayangkan kita setiap hari hanya makan sate, maka kita akan pusing dan mabok daging.
Namun kenapa permitaan yang menurut kita manusiawi itu mendapat murka Allah?. Ya betul, adalah cara orang-orang bani israil dalam meminta itulah yang menjadikan permitaan itu dikabulkan namun disertai murka Allah. Yang sudah diterima dan dinikmati saja belum disyukuri sudah ngeluh dan minta lagi. Istilah kitanya tidak tahu terimakasih.
Bukan tidak boleh meminta lebih, namun syukuri dulu yang sudah didapatkan dan dinikmati. Toh, tanpa kita pinta juga Allah akan beri dan tambah lagi jika kita sudah bersyukur. Begitu janji Allah.
(وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَىِٕن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِیدَنَّكُمۡۖ وَلَىِٕن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِی لَشَدِیدࣱ)
[Surat Ibrahim 7]
Semoga di madrasah Ramadhan ini, dengan kita bisa merasakan lapar sebagai mana orang yang kelaparan menjadikan kita senantiasa bersyukur bagaimana pun kondisi kita sekarang. Wa Allahi, bahkan pada saat kita dalam keadaan kelaparan pun ada banyak cara agar kita senantiasa tetap bersyukur kepada Allah.
Semoga kita yang telah selesai melewati bulan Ramadhan tahun ini menjadi alumnus-alumnus terbaik sesuai dengan Quality Asurance yang telah ditetapkan oleh madrasah Ramadhan. Aamiin.
Taqobbala Allahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum.
Minal aidzin wal faidizin.
Mohon maaf lahir dan bathin.
Ade Zezen dan Keluarga