KUNINGAN (MASS) – Dari sebuah luka masa lalu, Revita Mutiara Diandra menjelma menjadi sosok inspiratif yang kini mengemban amanah sebagai Duta Anti Bullying Kabupaten Kuningan 2024. Gadis asal Desa Cikadu, Kecamatan Nusaherang itu tak hanya membawa pulang predikat juara 3, namun juga membawa pesan yang jauh lebih mendalam.
“Luka tak harus disesali, tapi bisa dijadikan kekuatan,” pesan Revita, Minggu (7/6/2025) kemarin.
“Saya tidak pernah membayangkan bahwa luka yang pernah saya alami di masa sekolah akan menjadi alasan terkuat saya berdiri hari ini sebagai seorang Duta Anti-Bullying,” imbuhnya lagi.
Kisahnya bermula sejak ia duduk di bangku SMP. Revita sempat memiliki sahabat dekat yang dianggap seperti keluarga sendiri. Namun, hubungan itu perlahan renggang tanpa sebab yang jelas. Tak hanya kehilangan satu orang, ia juga perlahan ditinggalkan oleh teman-teman lainnya. Situasi itu membuatnya merasa asing dan terabaikan.
Meski tidak mengalami kekerasan fisik, Revita mengaku menjadi korban dari pengabaian dan sikap acuh yang meninggalkan luka emosional mendalam. Ia merasa tidak dihargai, tidak diakui, hingga akhirnya memberanikan diri untuk membuka suara kepada guru BK.
“Waktu itu saya menangis karena sudah sangat lelah menyimpan semuanya sendiri. Tapi dari situ saya belajar, menyuarakan perasaan itu penting,” kenangnya.
Perjalanannya berlanjut di SMK. Di sana, ia mencoba bangkit dan membuka lembaran baru. Ia mulai aktif dalam organisasi, berani tampil, dan menunjukkan prestasi.
Namun, keberhasilannya justru memunculkan komentar sinis dan pertemanan toxic yang membuatnya kembali merasa asing.
Bahkan saat berkiprah di dunia perkuliahan banyak orang yang merasa iri terhadap ketidaksukaan atas pencapaiannya. Tekanan itu tak membuatnya mundur, justru semakin menguatkan tekadnya.
“Saya belajar bahwa saya tidak sendiri. Banyak orang di luar sana yang merasakan hal serupa merasa asing meski tidak benar-benar sendiri, merasa tidak dihargai meski tidak melakukan kesalahan, dan merasakan luka yang tidak terlihat namun nyata,” tuturnya.
Sebagai Duta Anti Bullying, kini Revita berdiri bukan sebagai korban, melainkan sebagai suara bagi mereka yang belum bisa bersuara. Ia ingin menjadi jembatan dan pelindung bagi siapa pun yang merasa terpinggirkan.
“Luka yang dulu saya sembunyikan, kini saya bawa sebagai cahaya untuk orang lain. Menjadi Duta Anti Bullying bukan hanya soal gelar, tapi tanggung jawab dari pengalaman pribadi yang telah saya jahit sendiri dengan keberanian,” ujarnya.
Diakhiri, Revita juga menyampaikan pesan yang tulus bagi mereka yang tengah berjuang dalam sunyi.
“Kamu berharga, kamu layak didengar, kamu tidak sendirian. Terkadang, cahaya yang paling kuat datang dari hati yang pernah retak, dan saya ingin menjadi cahaya itu bagi mereka yang masih berjalan dalam gelap,” tutupnya. (didin)