KUNINGAN (MASS)- Aksi demo dan menyegel kantor PT WIKA yang dilakukan oleh warga yang terdampak pembangunan Waduk Kuningan Rabu pagi menjadi pertanyaan besar. Banyak yang mengira ketika aksi warga membentangkan spanduk ketika Presiden mengunjungi waduk masalah sudah kelar.
Namun nyatanya nol besar. Padahal sang presiden berkunjung pada bulan Mei 2018. Maka sangat wajar warga yang terdampak merasa jengah karena tidak ada kepastian terkait ganti rugi. Padahal, waduk akan kelar pembangunannya pada tahun 2019 sesuai dengan target Jokowi.
Keterangan yang dihimpun dari Aktivis Gema Bakti (Gerakan Masyarakat Kuningan Timur) Didin Syafrudin mengatakan, selama ini warga yang terdampak pembangunan waduk sudah berusaha untuk meminta haknya. Namun, mereka dipingpong oleh berbagi pihak baik BBWS, BPN, Bagian Tapem Setda Kuningan hingga PT WIKA.
Maka lanjut dia, karena tidak ada kepastian warga melakukan aksi demo dan menyegel kantor. Hal ini agar tidak ada aktivitas sebelum ada pemberesan masalah ganti rugi.
“Berbicara masalah berapa ganti rugi yang belum dibayarkan saya belum bisa menyebut karena harga tanah dan bangunan belum ditaksir semuanya. Sebagai Contoh untuk Desa Kawangsari yang merupakan desa yang akan ditenggelamkan hingga saat ini belum satu rumah pun mendapatkan ganti rugi. Ini tentu sangat lucu,” jelas Didin kepada kuningamass.com, usai rapat dengan warga, Rabu (21/11/2018).
Padahal lanjut dia, di Kawungsari ini ada ratusan KK (298 KK) yang menghuni desa. Anehnya justru pemerintah menyediakan rumah relokasi sebanyak 60 unit dengan 36 (sistem Risha) untuk warga Desa Tanjungkerta Kecamatan Karangkancana dan Desa Cilayung Kecamatan Ciwaru.
Dua desa ini justru bukan wilayah terdampak tapi daerah terkena imbas. Ini sangat lucu dan ironis dimana daerah yang diatas sudah mendapatkan ganti rumah termasuk rumah. Justru yang akan tenggelam belum satu sen pun memperoleh.
Didin menyebutkan, bukan hanya warga Desa Kawungsari tapi juga beberapa warga lain. Seperti di Randusari, ada 13 orang dari tahun 2015 hingga saat ini belum mendapatkan haknya.
Memang bagi warga yang Randusari yang memiliki tanah di Desa Simpayjaya dan Tanjungkerta sudah mendapatkan ganti rugi. Tapi tidak dengan warga Kawungsari sendiri sehingga mereka terus berjuang.
“Ketakutan mereka karena ada isu waduk akan diresmikan pada bulan Januari dan Februari 219 . Warga takut mereka tidak mendapatkan apa-apa, makanya beraksi. Selain itu juga takut banjir bandang lagi,” tandasnya.
Diterangkan, pasca adanya waduk aliran sungai menyempit, sehingga terjadi banjir bandang. Situasi ini belum pernah terjadi sebelum ada waduk. Memang tidak semua dusun tapi ada dua dusun yang terdampak dimana rumahnya mengalami kerusakan minimal Rp15 juta.
Tapi pemerintah lanjut dia, tidak pernah memberkan ganti rugi. Dimana letak tanggungjawab.Padahal warga menderita karena ada waduk. Tapi pemerintah tidak menggubrisnya.
“Semoga pertemuan pada Kamis ada hasil terbaik sehingga para warga mendapatkan kepastian. Terkait aktivitas di waduk distop sementara sebelum ada kepasitan. Warga dengan sukarela mengawasi dari berbagai titik,” ujarnya.
Sekedar mengingatkan, ada lima desa di dua kecamatan yang terdampak bendungan meliputi Kecamatan Cibeureum (Desa Randusari, Desa Kawungsari, Desa Sukarapih) dan Kecamatan Karangkancana (Desa Tanjungkerta dan Simpayjaya).
Waduk ini akan berguna bagi ratusan ribu KK yang berada di Kuningan dan Brebes. Sebab, bisa menghasilkan sumber air irigasi 3.000 Ha. Waduk Kuningan memiliki waduk luas mencapai 284,45 ha itu.
Dari informasi yang kuninganmass.com peroleh, hingga tanggal 15 Mei 2018 progres pembangunan sudah mencapai 75,88 persen. Dengan jumlah dana yang sudah terserap mencapai 78,98 persen. Biaya yang dibutuhkan untuk membangun waduk ini adalah Rp491,42 miliar.
Waduk yang menenggelamkan lima desa di dua kecamatan itu dibangun pada tahun 2013 dan ditargetkan paling telat tahun 2019. Waduk memiliki volume tampungan air sebanyak 25,96 juta M kubik. Adapun luas genangan adalah 221,59 ha. Apabila bendungan ini beres maka akan menghasilkan sumber air bagi irigasi total 3.000 Ha.
Dengan rincian irigasi Cileuweung 1.000 Ha dan Cijangkelok 2.000 Ha. Sementara air baku yang dihasilkan 300 liter/detik. Sedangkan potensi pemabangkit listrik tenaga air menghasilkan 0,5 MW. Dan bendungan ini berada di Desa Randusari Kecamatan Cibeureum. (agus)