Indonesia sebagai negara berkembang tentunya memiliki tantangan dalam mengatasi tingkat pengangguran. Pendapatan negara dan kesejahteraan negara salah satu indikator yang mempengaruhinya adalah tingkat pengangguran, dengan demikian perlu adanya kajian kritis kepuasan kerja yang masih sangat rendah, demi terciptanya kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Tidak semua orang berharap untuk menjadi pengangguran, tentunya semua orang ingin bertahan hidup dengan mendapatkan pekerjaan yang sesuai di era sekarang ini dimana persaingan kerja sangat ketat. Pengangguran banyak jenisnya, pengangguran tersembunyi adalah orang yang karena suatu hal tidak bekerja secara maksimal, setengah pengangguran adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu, pengangguran terbuka adalah orang yang benar-benar tidak memiliki pekerjaan. (Franita, 2016)
Pengangguran merupakan salah satu masalah pembangunan ekonomi, seiring dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa pandangan tentang pengangguran, yaitu gesekan antara pekerja yang cocok dengan pekerjaan yang tersedia. Untuk mengubah struktur pasar tenaga kerja, pengangguran dapat dikaitkan dengan tingkat pendidikan. Ada yang menarik dari kajian ini, yaitu paradigma “pengangguran terdidik”. Pengangguran terdidik adalah mereka yang memiliki pendidikan atau pelatihan yang cukup, tetapi belum memiliki pekerjaan. Bagi mereka yang berpendidikan cukup, mereka yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi, studi pascasarjana atau universitas memenuhi syarat. Tingkat pengangguran yang tinggi di Indonesia merupakan masalah utama dalam paradigma ketenagakerjaan (Amalia, 2012).
Bagi beberapa orang segi pendidikan itu berpengaruh, tapi ada sebagian juga yang berpendapat segi pendidikan itu sebenarnya tidak terlalu berpengaruh tetapi bisa juga berpengaruh. Pendapat saya pendidikan tidak berpengaruh dikarenakan semua pekerjaan itu bisa dilakukan semua kalangan, karena menurut saya kerjaan itu tidak melulu soal gaji gede dan berseragam tetapi,terkadang kembali lagi ke diri kitanya niat atau tidaknya untuk mencari mencari pekerjaan dan mau kerja apa aja yang penting berpenghasilan walaupun nominalnya sekedar cukup. Terkait permasalahan tersebut, untuk kita hanya lulusan SD dan SMP itu terkadang masih bisa untuk membuka usaha sendiri walaupun usahanya hanya kecil-kecilan, bisnis online, ojek online, ataupun yang lainnya. Bahkan perusahan negara juga ada yang menerima lulusan SMA maupun SMK. Berbicara terkait tingkat pendidikan juga berpengaruh didalam suatu pekerjaan, dikarenakan semakin majunya teknologi maka semakin besar juga tekanan kualitas kerja manusia yang menjadi tantangan untuk kita di era globalisasi ataupun di zaman modern ini.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ada 8,4 juta orang menganggur di Indonesia pada Agustus 2022, terhitung 5,86 persen dari total angkatan kerja negara. Sebagian besar pengangguran berusia 20-24 tahun. yaitu 2,54 juta orang. Angka ini sesuai dengan 30,12% dari total pengangguran negara. Kemudian ada 1,86 juta (22,03%) pengangguran berusia 15-19 tahun, 1,17 juta (13,84%) berusia 25-29 tahun. 608,41 ribu orang berusia 30-34 tahun (7,22%) dan 485,54 ribu orang berusia 60 tahun ke atas (5,76%) Terdapat juga 439,94 ribu orang menganggur pada kelompok usia 35-39 (5,22%), 40-44 tahun 395,17 ribu orang. (4,69%), 355,84 ribu orang 45-49 (94,22%), 324,18 ribu orang 50-54 (3,85%) dan 254,17 ribu orang 55 (3,02%) 59 tahun Jumlah penduduk kerja Indonesia mencapai 209,42 juta pada Agustus 2022. Dengan angkatan kerja sebanyak 143,72 juta orang. Oleh karena itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Nasional (LFPR) adalah 68,63% dan LFPR untuk laki-laki. 83,87, TPAK perempuan 53,41%.
Pengangguran merupakan salah satu masalah terpenting dalam pembangunan negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Masalah pengangguran di negara berkembang seperti Indonesia saat ini sangat besar karena mempengaruhi jutaan orang dan berdampak sangat kompleks terhadap hasil pembangunan. Masalah pengangguran bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga masalah sosial. Dampak yang ditimbulkannya mempengaruhi pelaksanaan pembangunan negara baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan dampak sebagai berikut: pendapatan nasional dan pendapatan nasional per kapita menurun, produktivitas dan upah menjadi rendah,pemborosan sumber daya dan potensi yang ada serta kekurangan modal dalam negeri (Arsyad, 2010).
Pengangguran meningkat karena lebih banyak pencari kerja dari pada lapangan pekerjaan yang disediakan. Solusinya mungkin lebih banyak lapangan pekerjaan yang harus ditawarkan atau upah buruh Indonesia akan di naikkan lagi, semuanya akan kembali ke pemerintah. Apalagi tidak sedikit lulusan sarjana yang memilih menganggur sementara karena sulitnya mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya, misalnya banyak lulusan kesehatan yang memilih menganggur karena menunggu loker rumah sakit di luar Indonesia, dengan alasan tenaga kesehatan lebih dihargai di luar negeri dibandingkan di negara sendiri, dari perspektif upah kesejahteraan. Pertumbuhan UMKM dapat menjadi solusi untuk meningkatkan lapangan kerja. Bagi UMKM yang sedang berkembang, diharapkan dapat memberikan angin segar untuk menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi pengangguran di Indonesia.
Penulis : KHARISMA MEGA NOVIANA
Mahasiswa semester 2 Tadris Biologi
IAIN Syekh Nurjati Cirebon