JALAKSANA (Mass) – Da’i asal Ciamis, KH Nonop Hanafi, yang memprakarsasi longmarch santri ke Jakarta pada aksi 212 silam, berkunjung ke Ponpes Husnul Khotimah, Jumat (12/5/2017). Kehadirannya dalam rangka mengisi Dzikir dan Tabligh Akbar yang diselenggarakan sebagai peringatan milad ke 23 Yayasan Husnul Khotimah.
Dzikir dan Tabligh Akbar tersebut dilaksanakan di sekitaran masjid Al-Husna I. Hadir para santri Husnul Khotimah Maniskidul dan Pancalang, civitas akademika dan masyarakat sekitar. Sejak pukul 6 pagi, para jamaah sudah mulai berdatangan ke lokasi.
Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh santri dan dzikir bersama yang dipimpin oleh KH Mohammad Sabiqin Lc selaku Mudir Ponpes Husnul Khotimah Maniskidul. Momen ini juga disiarkan secara langsung menggunakan fasilitas Facebook Live dan Youtube Live.
Diselenggarakan oleh Divisi Humas dan Dakwah, dalam acara ini juga diadakan santunan kepada anak yatim yang terdiri dari santri dan masyarakat di desa penyangga. Hal ini dilakukan sebagai wujud bakti yayasan kepada masyarakat. Sebanyak 105 orang anak yatim dari Desa Maniskidul, Sembawa, Sadamantra dan Manislor, diberikan santunan. Ditambah 46 santri yatim mendapatkan santunan serupa sebagai salah satu rangkaian dari Milad HK ke-23. Secara simbolik,santunan diberikan oleh Hj Nining Rimawati (Istri Alm H Sahal Suhana).
Dalam acara inti, KH Nonop menyatakan kebanggaannya untuk bisa hadir di Ponpes Husnul Khotimah. Ia menyatakan dalam ceramahnya, seorang santri harus memiliki blueprint agar masa depannya menjadi sempurna. Blueprint ini nantinya akan menghasilkan 4 produk santri.
“Empat produk Pondok Pesantren itu antara lain ilmuwan, professional, ulama, dan aghniya (pengusaha). Keempatnya bisa menjadi ladang untuk menjadikan Islam disegani oleh dunia,” ungkap Nonop.
Dalam mencapai 4 hal itu, menurutnya, memerlukan keimanan yang kuat. Melalui penyampaian yang menarik, ia menyimpulkan hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai keimanan tersebut.
“Buah yang pertama adalah ‘Semangka’ yaitu semangat karena Allah. Berikutnya adalah ‘Sirsak’ yaitu silaturahmi sambungkan yang retak. Kemudian ‘Apel’, ayo pelajari Al-Quran. Ketika dekat dengan Al-Quran berarti hati kita sedang bersih dan ketika jauh dari Al-Quran hati kita kotor. Terakhir adalah ‘Stroberi’, selalu terobsesi untuk memberi,” paparnya.
Seraya menutup pembicaraan, Kyai Nonop berharap agar Husnul Khotimah menjadi pesantren yang lebih baik seiring dengan bertambahnya usia. Berikutnya acara ditutup dengan doa oleh KH Mu’tamad Lc MPd Al-Hafidz. (deden)