KUNINGAN (MASS) – Dari dinamika politik yang berkembang, pengerucutan bakal calon bupati/wabup dinilai kurang ideal. Dari deretan nama kandidat yang serius akan maju, tidak ada satu pun sosok figur yang berlatarbelakang birokrat.
Seorang warga Kuningan, Dadan Pramudiansyah yang selama ini memperhatikan konstelasi politik jelang pilkada 2018, memandang pelu adanya sosok birokrat. Seorang birokrat, menurutnya, mumpuni dalam tata kelola pemerintahan dari pengalamannya selama puluhan tahun menekuni dunia birokrasi.
“Pemimpin itu bukan hanya bisa berkoar, berceloteh misi visi, ide, gagasan atau program. Tapi seorang pemimpin dituntut untuk mampu menggerakkan, merealisasikan gagasan-gagasan tersebut. Nah, tanpa orang-orang yang paham birokrasi, saya tidak yakin gagasan itu mampu diwujudkan,” ujar alumni GMNI itu, Jumat (20/10/2017).
Menurut pria yang juga sekretaris GASAK (Gerakan Satu Kuningan) ini, jabatan politis sangat berbeda dengan jabatan karir di birokrasi. Seorang birokrat membutuhkan proses yang panjang untuk mencapai posisi tertentu atau jabatan puncak. Terpaan seperti itu, membuat seorang birokrat semakin matang.
“Saya berpikirnya bagaimana agar roda pembangunan di Kuningan itu berjalan baik dengan tata kelola yang rapi. Bukan hanya sekadar visi yang mengawang-ngawang. Orang politik jelas berbeda cara pandangnya dengan orang birokrat,” tandasnya.
Akan sangat ideal, kata Dadan, jika pasangan calon bupati/wabup yang hendak bertarung di pilkada nanti merupakan perpaduan keduanya. Kalau orang politik di posisi K1 maka posisi K2 nya lebih bagus diisi oleh orang birokrat. Sebaliknya jika birokratnya K1, maka orang politik dapat ditempatkan pada posisi K2. Sehingga akan tercipta sebuah keseimbangan.
“Saya tidak menyebutkan nama orangnya. Saya hanya merasa terpanggil untuk sumbangsih pikiran, gimana agar tata kelola pemerintahan itu tidak serampangan. Mesti ada perpaduan antara politisi dan birokrat. Seorang birokrat itu meniti karirnya dengan merangkak dari bawah. Dia pasti paham betul bagaimana jeroan tata kelola pemerintahan,” paparnya.
Sementara itu, dari informasi yang dikumpulkan kuninganmass.com terdapat beberapa birokrat yang sebentar lagi masuk usia pensiun. Terutama birokrat yang posisinya terbilang puncak dan mendekati puncak.
Mereka diantaranya Drs H Yosep Setiawan MSi (sekda), Drs H Maman Suparman MM (kepala Bappeda), Drs H Kamil Ganda Permadi MM (kepala Inspektorat), Ir H Jajat Sudrajat MSi (kadis PUPR) dan Ir Hj Triastami (kadis Pertanian). Bahkan terdapat pula birokrat dari kementerian agama yakni H Yusron Kholid MSi (kepala Kemenag Ciamis).
Sedangkan birokrat yang sudah cukup lama pensiun, paling tidak ada 2 orang. Yaitu H Momon Rochmana (mantan sekda sekaligus mantan wabup) dan Eka Sugiarto (ketua Partai NasDem).
Sejumlah birokrat dan pensiunan birokrat ini terkendala maju meskipun dinilai mumpuni oleh sebagian kalangan. Mulai dari faktor tidak punya partai, kemampuan finansial yang pas-pasan, serta rendahnya hasrat berkuasa. Kalaupun ada satu faktor yang terpenuhi tapi tidak ditunjang oleh faktor lainnya. Tak heran jika sikap mereka hanya menunggu pinangan. (deden)