KUNINGAN (MASS) -.“Dari semua aspek penderitaan sosial, tidak ada yang begitu memilukan seperti pengangguran” – Jane Adams. Fenomena krisis tenaga kerja secara global saat ini menunjukkan rapuhnya pemulihan ekonomi global, di tengah tekanan inflasi, perlambatan pertumbuhan, hingga Ilusketidakpastian politik. Bahkan dalam situasi yang begitu memilukan ini, muncul fenomena baru yang dilakukan generasi muda, yaitu fenomena pura-pura kerja dan kerja tanpa digaji. Hal itu mereka lakukan semata-mata hanya ingin dianggap kerja, bukan pengangguran hanya ingin mendapat pengakuan sosial bahwa mereka produktif.
CNBC Indonesia pada Jumat (29/08/25) melaporkan bahwa di berbagai negara besar seperti Inggris, Prancis, Amerika Serikat, hingga Cina, angka pengangguran terus meningkat. Fenomena ini menandai betapa rapuhnya fondasi sistem ekonomi dunia.
Apa Penyebab dari terjadinya krisis tenaga kerja global?
1. Kegagalan Kapitalisme dalam Mewujudkan Kesejahteraan
Sistem kapitalisme, dengan prinsip pasar bebas dan persaingan, sering kali mengabaikan aspek keadilan sosial. Dalam praktiknya, kapitalisme cenderung menguntungkan segelintir individu atau perusahaan besar, sementara mayoritas masyarakat, terutama generasi muda, terpinggirkan. Hal ini terlihat dari tingginya tingkat pengangguran di kalangan anak muda, seperti yang tercatat di Uni Eropa dengan angka mencapai 17,6% pada tahun 2021 (sumber : beritasriwijaya.co.id.)
2. Kesenjangan antara Pendidikan dan Kebutuhan Pasar
Sistem pendidikan yang ada sering kali tidak selaras dengan kebutuhan pasar kerja. Meskipun jumlah lulusan perguruan tinggi meningkat, namun serapan pasar kerja tidak sebanding. Di Indonesia, misalnya, meskipun jumlah lulusan sarjana dan diploma terus meningkat, serapan pasar kerja tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Selain itu, dalam beberapa kasus, pendidikan yang diperoleh tidak berkualitas dan tidak relevan, menghasilkan lulusan yang “tidak siap kerja” atau kurang memiliki kompetensi yang dibutuhkan industri.
Temuan lain, pandemi gelombang lulusan dalam sistem pendidikan saat ini tidak terkontrol (elite overproduction). Peningkatan jumlah perguruan tinggi dan meningkatnya akses pendidikan tinggi telah menghasilkan ledakan jumlah lulusan, namun perluasan lapangan kerja tidak sebanding dengan kenaikan jumlah lulusan tersebut. Hal ini menunjukkan gejala terciptanya generasi frustrasi dan kelebihan pasokan tenaga kerja berpendidikan tinggi.
3. Ketidakstabilan Ekonomi dan Kesejahteraan Mental
Anak muda yang menghadapi pengangguran atau pekerjaan tidak tetap sering kali mengalami stres, kecemasan, dan gangguan kesehatan mental. Sebuah studi dari London School of Economics menunjukkan bahwa pengangguran dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental hingga 34% (sumber : beritasriwijaya.co.id.)
Krisis tenaga kerja yang dialami oleh generasi muda saat ini pada dasarnya merupakan kegagalan sistemik dari kapitalisme dalam menciptakan kesejahteraan yang merata. Islam menawarkan solusi melalui peran aktif negara, pengelolaan sumber daya alam untuk kepentingan umat, pendidikan yang relevan, dan sistem ekonomi yang berkeadilan.
Solusi menyeluruh terhadap krisis tenaga kerja dan ketidakadilan ekonomi adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Peran Negara sebagai Pengurus dan Pelindung Rakyat
Dalam Islam, negara memiliki tanggung jawab untuk mengelola urusan rakyatnya secara adil dan bijaksana. Rasulullah Muhammad ﷺ bersabda: “Imam (khalifah) adalah pemelihara dan ia bertanggung jawab terhadap rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Negara harus membuka lapangan kerja, mengelola sumber daya alam, dan memastikan distribusi kekayaan secara adil.
2. Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk Kesejahteraan Umat
Islam mengajarkan bahwa sumber daya alam adalah milik bersama dan harus dikelola untuk kepentingan umat. Hadis Nabi Muhammad ﷺ menyebutkan: “Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara: air, padang rumput, dan api.” (HR. Abu Dawud). Negara harus mengelola sektor-sektor vital seperti energi, pertanian, dan industri untuk menciptakan lapangan kerja dan kesejahteraan.
3. Pendidikan yang Relevan dan Berkualitas
Sistem pendidikan dalam Islam bertujuan untuk mencetak generasi yang kompeten dan produktif. Negara harus memastikan bahwa kurikulum pendidikan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan perkembangan teknologi. Pelatihan keterampilan dan pendidikan vokasional harus didorong untuk mempersiapkan anak muda menghadapi tantangan dunia kerja.
4. Sistem Ekonomi Berkeadilan
Islam melarang riba dan praktik ekonomi yang merugikan umat. Sistem ekonomi Islam menekankan pada keadilan, keseimbangan, dan distribusi kekayaan melalui zakat, infaq, dan sedekah. Dengan sistem ini, kesenjangan sosial dapat dikurangi, dan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai kesejahteraan.
Wallahualam bishshawaab
Penulis : Widya Amidyas Senja
Pendidik Generasi