KUNINGAN (MASS) – Limbah kotoran hewan (kohe) dari peternakan di wilayah Lamping Kidang, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan menumpuk tanpa peminat. Padahal, pengelolaan limbah tersebut sudah berjalan hampir empat tahun melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dikelolanya.
Menurut Ono, Koordinator IPAL Lamping Kidang, pengelolaan limbah sudah berjalan sejak 2020, per hari dua orang petugas yang bertanggung jawab mengelola kohe mereka digaji Rp80.000 per orang per hari dengan sistem pembayaran langsung setelah bekerja.
“Kita berjuang terus, tapi terkendala lahan penyimpanan kohe. Atapnya sudah tidak layak. Sementara kemarin kita cuma beli terpal supaya kohe tidak langsung kena air hujan. Yang penting mah kohe kering, nanti kalau ada yang pesan, bisa langsung kirim,” ujar Ono, Senin (26/5/2025).
IPAL di area tersebut terdapat empat bak tampung untuk memisahkan air dan ampas kohe. Namun, itu juga masih terbatas.
Ono menyayangkan belum adanya dukungan langsung dari dinas terkait. Pihaknya baru menjalin koordinasi dengan Taman Nasional untuk membantu pembangunan Ipal.
“Yang di sini belum ada bantuan dari pemerintah. Kita hanya bersama pihak Taman Nasional saja,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, pihaknya juga telah mengantisipasi saat musim penghujan, sempat membangun bak tambahan di bagian bawah untuk mengurangi dampak air limbah yang mengalir. Namun, ia berharap ada respons nyata dari pemerintah.
“Minimal ada bantuan kecil dari Dinas Lingkungan Hidup atau Dinas Pertanian, biar masyarakat semangat. Kohe sudah banyak, organiknya menumpuk, minimal bantu penjualan atau pemanfaatannya,” harapnya.
Menanggapi isu longsor yang dikaitkan dengan keberadaan kohe, ia menyebut belum ada indikasi langsung dari limbah yang mereka kelola.
“Soal longsor, kayaknya nggak ada hubungannya sama kohe. Kalau longsor dari sini ke Arunika itu jauh. Tapi kalau dekat sini mungkin bisa diprediksi. Cuma saya bukan ahli biologi, jadi enggak bisa memastikan,” tutupnya. (didin)