KUNINGAN (MASS)- Teti, begitulah namannya. Usianya baru 32 tahun. Ia tinggal di Dusun Pataregan Desa Ciporang Kecamatan Maleber. Tapi, sudah 12 tahun ia tergeletak atau sejak usia 19 tahun.
Seluruh badanyna kaku sehingga ia kerap dijuluki manusia kayu. Sakit yang ia derita berawal dari benjolan di kepala ketika usia baru empat tahun. Karena pengobatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan tidak tuntas dengan alasan pihak keluarga tidak ada yang bisa menemani, penyakit yang diderita Teti pun kemudian menjalar ke bagian tubuh lain.
Hingga 12 tahun terakhir ini membuat seluruh tubuhnya kaku layaknya kayu, hingga disebutlah Teti dengan istilah manusia kayu. Berbagai upaya penanganan seperti pelayanan kesehatan untuk Teti terus dilakukan oleh Pemkab Kuningan.
Sesuai arahan dari Sekda Kuningan Dr H Dian Rachmat Yanuar, M Si dan Ketua LKKS Kuningan Hj Ika Acep Purnama, kini Tety kembali diberikan perawatan di RSUD ’45 Kuningan, Tety dirawat kembali sejak Selasa (18/2/2020).
Kronologis riwayat kesehatan Teti, menurut Plt Kepala Dinas KesehatanKuningan, dr Hj Susi Lusiyani, MMKes, berdasarkan kronologis kesehatan dari Puskesmas Maleber, awal penyakit yang diderita Teti hanya berupa benjolan di bagian kepala saat dia berusia 4 tahun.
“Melihat kesehatan Teti yang semakin memburuk karena penyakit langka itu, sejak tahun 2017, Dinas Kesehatan telah memberikan perhatian serius terhadap kasus tersebut, dengan mengintruksikan kepada Kepala Puskesmas Maleber untuk memberikan layanan kesehatan intensif dan merujuknya ke berbagai fasilitas kesehatan lanjutan untuk mendapatkan penanganan pengobatan,” tutur Susi.
Selain layanan kesehatan, Pemkab Kuningan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) yang sekarang Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) telah memasukan Teti dalam Program Jaring Pengaman Pangan (JPP) sejak tahun 2018.
Hal itu disampaikan Kepala Diskatan Kab.Kuningan, Dr.Ukas Suharsaputra. Setiap bulannya, Tety mendapat bantuan paket sembako lengkap diantaranya, beras 20 Kg, terigu 2 kg, minyak goreng 2 Kg, sarden kaleng, dan susu kaleng. Bantuan tersebut masih rutin diberikan hingga tahun 2020 ini.
Yang bersangkutan sudah dibantu secara permanen sejak tahun 2018 dan akan terus dibantu Pemkab Kuningan selama tidak ada pihak lain yang menanggungnya dan untuk tahun 2002 bukan hanya Teti yang dapat bantuan, namun 245 orang dhuafa lainnya pun mendapatkannya.
Sementara itu, menurut keterangan Plt Direktur RSUD45 Kuningan, dr Deki Saefullah, MMKes, berdasarkan hasil diagnosa yang dilakukan pihaknyanya, dalam dunia medis kelainan yang diderita Tety disebabkan karena autoimun, dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang sehat dalam tubuh terutama bagian persendian, sehingga sendi-sendi mengalami penyempitan dan terasa kaku seperti terjadinya pengapuran tulang.
“Alhamdulillah di kami sudah ditangani secara medis sesuai SOP dan direncanakan kemungkinan akan dibentuk tim barangkali, karena ini kan menyangkut berbagai aspek keilmuan. Disini melibatkan dokter penyakit dalam, dokter spesialis saraf, dan nanti mungkin dokter spesialis ortopedi terkait dengan tulangnya yang mengeras karena ada proses pengaputan diantara sendi-sendinya, tuturnya.
Untuk penanganan penyakit yang diderita Teti, pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin. Terkait adanya permasalahan penyakit Teti secara medis, pihaknya akan menginformasikannya kepada Pemkab Kuningan, karena dari segi fasilitas dan pengobatan pihaknya memiliki keterbatasan.(agus)