KUNINGAN (MASS) – Lelaki yang satu ini bernama Younggy Septhandika Permana. Warga asli Garawangi ini, sudah sebulan lebih didapuk dengan pelantikan sebagai ketua PC IMM Kuningan periode 2021-2022.
Kecil di dan sekolah di Grawangi hingga tingkat SLTP, Younggy memutuskan melanjutkan di SMK Muhammadiyyah. Mungkin itulah, awal perkenalannya dengan lembaga yang kini menaungi pergerakan kemahasiswaanya.
Lelaki yang kini melanjutkan study ekonomi khususnya manajemen di Uniku itu, dilantik sebagai ketua pada bulan Juni meski sudah terpilih sejak April 2021.
“2019 masuk komisariat FE, 2020 jadi ketua komisariat. Jadi emang disana belajar dulu sebelum naik ke cabang,” ujar Younggy, Senin (27/7/2021) saat diwawancarai di segmen Mari Bicara yang akan tayang di kanal Youtube Kuningan Mass.
Lebih jauh, lulusan SMK Doski itu menjelaskan kenapa pada akhirnya yakin dan terus berproses di IMM. Bahkan mengantarnya menjadi ketua saat ini.
“Disanalah, pengembangan karakter dengan diskusi dan kajian-kajian. Itu memang tradisi IMM (salah satu yang membuatnya ingin terus mendalami organisasi),” imbuhnya.
Younggy sempat bercerita di awal tentang Muhammadiyyah secara umum. Seringkali, organisasi yang dibangun K H Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Jogja itu, kerap dianggap aliran, padahal organisasi. Diceritakan, KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhamadiyyah sepulangnya belajar islam dari arab.
“Muhamadiyyah itu ya organisasi, sama juga seperti halnya NU, Persis (dan organisasi keislaman lainnya, red),” sebutnya.
Di awal, Younggy menerangakan bagaimana Muhamadiyah saat ini terus bergerak untuk kemajuan islam. Dirinya mencontohkan, di Kuningan misalnya, saat ini Muhamadiyah punya 2 lembaga pendidikan Sekolah Tinggi, belum lagi SMK.
Dan IMM, masih menurut Younggy, bergerak ke arah sana sesuai targetnya untuk mencetak akademisi islam tang berakhlakul karimah untuk mencapai tujuan Muhammadiyah.
“Semua juga tidak ada yang bisa menebak,” pas ditanya adakah ambisi sebelumnya aktif di organisasi dan jadi ketua.
Namun diakui, meski dulunya tidak pernah terpikirkan, saat menjadi kader itulah dirinya terbesit ingin jadi ketua. Apalagi, kondisi Younggy yang harus merasakan ditinggal sang ayah sejak SD, membuatnya terus survive, termasuk di organisasi.
“Karena kader kan, pengen belajar bagaimana jadi pemimpin, berkapasitas. Kita-kita ini (generasi muda) yang kedepan akan dituntun untuk jadi tampuk pimpinan umat. Lalu saya juga punya orang tua, yang ingin saya banggakan,” ujarnya.
Bicara pengalaman, dirinya mengaku sempat juga menjabat sebagai ketua komisariat FE.
Di pertengahan, hingga akhir Younggy mulai bicara perihal kondisi organisasi saat ini yang juga tentu terdampak covid. Meski begitu, hingga kini pihaknya tengah terus fokus untuk pengkaderan.
“Banyak organissi yang biasanya memperkenalkan seniornya yang sudah sukses untuk menarik anggota. Di kita, kalianlah yang harus membuktikan diri, sukses setelah masuk IMM,” sembari menyebutkan trilogi organisasinya, meliputi Intelektualitas, Humanitas, dan Religiusitas.
IMM sendiri selain aktif di pengkaderan, dari masa ke masa terus eksis. Apalagi saat tidak ada pembatasan kegiatan, organisasi yang mengusung islam berkemajuan itu, cukup sering menggelar aksi masa, demonstansi.
Younggy sendiri banyak bercerita tentang pengalaman demonstansi nya sebagai kader IMM. Pengalamannya berorasi di depan kantor dewan, di sepan penjagaan para polisi. Dan cerita tentang salah satu rekannya yang kala itu kena tendang saat demo.
“Kebetulan yang waktu itu, pas rekan immawan rafi ketendang, saya lagi gak di lokasi. Kebetulan ada administrasi yang ketinggalan (fakta integritas),” ceritanya.
Di demo kedua, masih sama isu yang sama soal DPRD, dirinya mendapat kesempatan pertama orasi. Pengalaman pertama, dan orasi pertama. Kesempatannya untuk fastabiqul khoirot. Dan setelah pertama itu, nagih.
Saat ditanya kenapa organisasi mahasiswa, khususnya yang didalaminya sekarang sering turun ke jalan. Younggy dengan gamblang bercerita perihal apa yang sering dirasakan masyarakat, tapi tidak bisa terucap. Mungkin hanya bisa bergumam.
Meski diakui ada saja yang misal menganggap demonstansi itu hanya hal ‘merepotkan’ karena harus menghadang jalan,!tapi dirinya mafhum, itulah resiko ketika ingin menyuarakan aspirasi dan penyambung lidah.
Soal demonstransi juga dirinya sedikit memberi gambaran. Aksi turun ke jalan tidak sesimpel hanya berkumpul saja dan berteriak. Ada administrasi yang perl dipenuhi, seperi surat pemberitahuan ke pihak berwajib dan lembaga yang dituju.
Ada kesiapsediaan konsumsi dan kesehatan, apalagi kadang terjadi hal di luar prediksi, mengatur teknis demo mau orasi-kah atau teatrikal-kah, menentukan kordinator lapangan hingga menentukan siapa penanggung jawabnya.
Meski disibukan dengan organisasi, Younggy mengaku masih tetap anak muda pada umumnya. Kadang masih main game atau yang sifatnya kesenangan, meski porsinya dikurangi dan kegiatan yang khas anak muda lainnya.
Malah, dianggapnya lebih seru di organisasi. Setiap hari adalah lembaran baru dan tidak monoton. Kuliahnya juga tidak terganggu.
“Pokoknya, untuk Immawan Immawati tetap semangat dalam mengembangkan diri. Dan yang belum gabung, mari ber-IMM untuk mewujudkan cita-cita bersama,” pesannya di akhir wawancara. (Eki)