Oleh: Abun Burhanudin
Deni bener bener gak mau peduli lagi sama keluarga. Jarang di rumah dan sering mabuk mabukan. Deni juga jadi jarang masuk kerja. Akhirnya di PHK.
Rumah tangga Leni dan Deni kini diujung tanduk, hutang menumpuk dan kebangkrutan sudah di depan mata. Rumah sudah tergadaikan di bank.
Dalam kondisi begini, justru Deni malah
terkena serangan jantung dan meninggal.
Leni stress, dunia serasa runtuh. Bak sudah jatuh, masih tertimpa tangga dan
keruntuhan tembok rumah. Rumah mereka disita oleh bank.
Habis sudah air mata Rini, kini siapa lagi yang akan ia salahkan dengan kondisi hidupnya. Deni sudah berkalang tanah,
sedangkan Aldi, anak keduanya, sampai kapan pun tidak akan pernah mengerti
derita yang menimpa dirinya.
Leni mengajak Yuni dan Aldi tinggal di sebuah rumah gubuk yang Leni sewa dengan harga murah. Leni bingung,
bagaimana dia mesti memenuhi kebutuhan dirinya dan kedua anaknya.
Leni kemudian memutuskan untuk melamar kerja di tempat kerjanya yang dahulu. Leni ragu, bisakah Aldi menjaga diri dengan kondisi yang terbelakang mental seperti itu?
Tapi Leni harus mengambil keputusan, maka dengan amat terpaksa, Yuni dan Aldi ia tinggalkan di rumah. Leni berpesan pada Yuni agar menjaga Aldi. Sementara Aldi hanya menganggukkan kepala tanpa tahu apa arti menjaga.
Di tempat kerjanya pun, Leni was-was, khawatir dengan akan apa yang terjadi di rumahnya. Yuni yang masih balita hanya sebentar saja mengawasi Aldi. Aldi sibuk dengan bola butut dan sepatu bolanya yang sudah rombeng di sana sini.
Yuni tidak tahu ketika Aldi berlari mengejar bola ke jalan dan sebuah motor melaju menghantam Aldi Yuni menjerit, Aldi menengok. Naas, motor melaju kencang dan langsung menghantam tubuh Aldi. Aldi mental berlumuran darah.
Bersambung….