KUNINGAN (MASS) – Untuk memberikan dukungan terhadap pasangan calon bupati dan wakil bupati, dibutuhkan suatu alasan. Salah satu alasannya dapat dilihat dari gagasan atau program yang diusung oleh kandidat tersebut.
H Dudy Pamuji yang berpasangan dengan H Udin Kusnaedi, sejak sepakat untuk berpasangan telah menyusun 12 program unggulan. Mereka menegaskan ‘2 Fokus 1 Tujuan 12 Program Unggulan’ dalam visi misinya. Bahkan disederhanakan menjadi ‘Spirit 2112’.
“Mengapa saya pilih 2 fokusnya adalah PERTANIAN dan PARIWISATA dalam visi kami?,” Dudy yang diangguki Udin kemudian memaparkannya secara panjang lebar seperti yang dituangkan di bawah ini.
Alasan pertama, tentu karena sesuai dengan visi yang tercantum Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kuningan tahun 2008-2027 yang telah menegaskan bahwa Dengan Landasan Iman dan Taqwa, Kuningan Menjadi Kabupaten Agropolitan dan Wisata Termaju di Jawa Barat tahun 2027.
Alasan kedua, secara faktual memang potensi terbesar Kabupaten Kuningan di semua kawasan (376 desa/kelurahan) adalah bidang pertanian. Hanya saja data statistik menunjukkan bahwa produksi tanaman pangan utamanya hanya dua yaitu padi dan ubi jalar. Luas lahan sawah irigasi yang bisa panen 3 kali hanya 10 ribu hektaran, yang bisa ditanami 2 kali sekitar 9,5 ribu hektaran dan luas sawah yang tadah hujan 8,3 ribu hektaran.
Dan yang perlu diingat luas lahan sawah ini dari tahun ke tahun cenderung terus menurun dan otomatis berdampak pada produksi padi pun terus menurun. Nah ini yang ironis, lahan pertanian semakin tergerus sementara penduduk terus bertambah (pertumbuhannya sekita 0,6% per tahun).
Yang saya bikin optimis kehadiran kang H Udin Kusnaedi adalah seorang warga pituin Kuningan asli yang saat ini dikenal sebagai pelaku usaha sukses di bidang pertanian melalui “CV Bayem”-nya. Beliau lah yang paling tahu dan akan mengawal penuh bagaimana sektor pertanian ini harus dibangkitkan, bagaimana kesejahteraan petani harus ditingkatkan, bagaimana ketersediaan pupuk dan alat-alat pertanian harus dijamin, bagaimana teknologi tepat guna harus diterapkan, bagaimana benih harus dapat terjangkau oleh semua petani.
Alasan ketiga, keindahan alam di kaki gunung Ciremai memang sebuah anugrah. Pun demikian kondisi topografis perbukitan juga menghadirkan banyak sekali destinasi wisata yang apabila dikelola secara profesional bukan tidak mungkin menjadikan Kuningan sebagai kiblat pariwisata Jawa Barat bagian timur selain Pangandaran. Angka kunjungan wisata kita setahun sudah mencapai 3 ribu lebih namun relatif masih rendah dibandingkan dengan potensi yang kita miliki.
Saya pribadi menjadi pemilik Objek Wisata Sidomba Kuningan tahu persis bagaimana harus menata sebuah kawasan sekitar 20 hektar lebih kawasan hutan di kaki Gunung Ciremai kini menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi masyarakat bukan hanya dari Kabupaten Kuningan sendiri namun dari wilayah Ciayumajakuning, Jawa Tengah dan wilayah Jabar lainnya. Kita punya banyak curug eksotis, kita punya banyak perbukitan yang luar biasa indah pemandangannya, kita juga punya potensi wisata religi dan sejarah yang hebat. Tinggal bagaimana mem-branding dan strategi marketing yang jitu. Kita punya Desa Cibuntu sebagai desa wisata terbaik, kita punya Bukit Seribu Bintang sebagai bukit terpopuler kedua se-Indonesia.
Namun tentu hal tersebut belum merata di semua daerah. Kita ingin sekali melibatkan masyarakat dan komunitas kreatif dalam menata potensi wisata Kuningan ke depan, dan bahkan jika perlu dikelola oleh masyarakat sendiri melalui BUMDes nya dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam penyediaan dan perbaikan infrastrukturnya saja. Kita bisa berbagi retribusi berapa yang harus ke kas desa dan berapa yang harus ke kas daerah sehingga semua masyarakat merasakan dampak kesejahteraan atas banyaknya objek wisata di Kuningan ini.
Di sisi lain pengembangan pariwisata juga jangan sampai berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat sekitar. Penyebaran virus HIV-AIDS dan harus kita cegah dan kendalikan, penjualan miras alkohol harus selalu kita awasi, perubahan gaya hidup khususnya di kalangan remaja perlu kita bentengi dengan penguatan pendidikan agama. Kami ingin objek wisata di Kuningan itu punya ciri khas yaitu di setiap objek pariwisata ada sarana keagamaan yang sangat representatif dan syiar agama tetap hidup dan berkembang di sana.
Alhamdulillah saat ini sepengetahuan saya, objek wisata dengan mesjid paling representatif ya hanya Sidomba. Semoga ke depan jika saya diberi kepercayaan oleh publik menjadi Bupati bisa membenahi hal tersebut.
Itulah mengapa FOKUS VISI saya ada pada PERTANIAN dan WISATA, namun tetap karakternya harus AGAMIS. (deden/adv)