KUNINGAN (MASS) – Tidak terkendalinya harga kacang kedelai di pasaran, menjadi pukulan telak terutama bagi para pengrajin dan pedagang olahan kedelai seperti tahu dan tempe.
Bahkan, sebagai bentuk protes dan susahnya menjalankan usaha olahan kedelai karena harga yang tak sesuai, para pengrajin dan pedagang tempe dan tahu, memutuskan ‘hilang’ untuk beberapa waktu.
Hal itulah yang terjadi di Pasar Kepuh, Pasar Baru dan Pasar Ancaran. Para pengrajin dan pedagang, memilih berhenti produksi selama tiga hari kedepan. ‘Hilang’-nya para pedagang ini, dikonfirmasi petugas pendata harga sembako di Pasar Kepuh, Arisman.
“Iyah betul, pedagang tahu dan tempe mogok mulai tadi pagi sampai hari Rabu karena kacang kedelainya langka dan mahal,” ucapnya, Senin (21/2/2022) sore.
Sebelumnya, beredar hasil musyawarah pengrajin tempe yang dilakukan 16 Februari 2022 lalu di Kedungarum. Hasil keputusan musyawarah itu, berdasar pada kenaikan dan tidak terkendalinya harga kedelai, sehingga tidak dapat diikuti penjualan produk tempe. Karena itu, banyak yang berhenti produksi dan gulung tikar.
Berdasar hal itu, serta banyaknya aspirasi, dalam hasil musyawarah itu ada tiga poin yang disetujui dan akan berlaku di tiga pasar, yakni Pasar Kepuh, Pasar Baru dan Pasar Ancaran.
Tiga poin itu, pertama akan dilakukan swiping tempe di 3 pasar tersebut. Selanjutnya, swiping pengrajin tempe yang berjualan di 3 pasar tadi. Dan poin ketiga, jika ada yang tetap dagang tempe, maka dagangannya akan diambil demi menjalankan musyawarah. (eki)