KUNINGAN (MASS) – Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kuningan melalui Bidang Hikmah, Roy Aldilah memberikan kritik keras terhadap pernyataan Gubernur Jawab Barat, Dedi Mulyadi terkait kebijakan 50 siswa dalam satu kelas.
Menurut Roy, kebijakan tersebut bertentangan dengan semangat pendidikan yang berkualitas, berkeadilan, yang berorientasi pada generasi muda.
“Kebijakan kelas dengan total 50 murid ini sangat mengecewakan, ini bukan hanya tidak manusiawi, tapi juga bertentangan secara fundamental dengan semangat pendidikan yang berkualitas, berkeadilan, dan berorientasi pada masa depan generasi bangsa,” ujarnya, Jumat (18/7/2025)
Ia menilai bahwa pernyataan tersebut menunjukkan sikap ketidaktahuan terhadap realitas pendidikan nasional. Di tengah berbagai persoalan seperti minimnya rasio guru terhadap murid, keterbatasan infrastruktur, hingga beban psikologis dan akademik siswa, wacana kelas 50 siswa justru semakin menekan mereka.
“Kelas dengan 50 siswa bukan solusi, tetapi bentuk nyata dari pembiaran dan perampasan hak anak dalam memperoleh suasana belajar yang layak, fokus, dan manusiawi,” ucapnya.
Ia juga menyebut bahwa Dedi Mulyadi seolah menutup mata terhadap standar pendidikan ideal, di mana rasio siswa dan guru harus memungkinkan proses interaksi yang sehat, mendalam, dan personal. Menurutnya, kelas (gemuk ) dengan 50 siswa hanya akan menambah beban guru, mengabaikan anak-anak yang kesulitan belajar, serta runtuhnya prinsip pendidikan yang berpihak pada peserta didik.
“Kebijakan ini tidak progresif, tidak beradab, dan mencerminkan pola pikir yang mengorbankan mutu demi efisiensi semu. Pendidikan bukan pabrik, anak-anak bukan komoditas yang bisa dijejalkan dalam satu ruang penuh demi alasan pragmatis,” tegasnya.
PC IMM Kuningan, mendesak agar para pemangku kebijakan berpikir lebih bijak, ilmiah, dan berpihak pada masa depan generasi bangsa. Mereka menegaskan bahwa pendidikan yang bermutu hanya bisa dibangun dengan keberpihakan terhadap kualitas, bukan sekedar kuantitas.
“Jangan jadikan ruang kelas sebagai ladang eksperimen kebijakan ngawur yang mengorbankan psikologis anak bangsa. Stop Kelas 50 Murid! Bangun pendidikan yang memanusiakan manusia!,” pungkasnya. (didin)