KUNINGAN (MASS) – Kebijakan larangan membawa telepon genggam (HP) bagi siswa di sekolah-sekolah di Kabupaten Kuningan, memantik diskusi lebih lanjut dari berbagai kalangan. Alasan pelarangan membawa HP, menurut Disdikbud Kuningan dalam suratnya, karena ruang digital saat ini, banyak disalah gunakan dan membawa dampak negatif bagi siswa. Bahkan dianggap merusak akhlak, psikologi dan karakter anak apabila penggunaanya tidak diawasi.
Kebijakan tersebut ditanggapi oleh Ketua Komisariat PMII Unisa Ikhsan Maulana. Ia menyatakan bahwa dirinya sangat setuju dengan aturan tersebut. Menurutnya, HP sering kali menjadi sumber gangguan utama bagi anak-anak, terutama ketika digunakan untuk bermain game atau membuka media sosial saat jam pelajaran.
“Menurut saya, kebijakan larangan membawa HP ke sekolah adalah langkah yang sangat tepat. Di era serba digital ini, kita memang tidak bisa memisahkan diri dari teknologi. Tapi justru karena itulah, penting bagi siswa untuk belajar menempatkan diri dan fokus pada apa yang benar-benar penting yaitu proses belajar yang berkualitas,” ujar Ikhsan, Rabu (11/6/2025).
Ia menambahkan bahwa banyak dampak negatif penggunaan HP oleh siswa sehingga budaya literasi menurun. Dengan diberlakukannya larangan tersebut, suasana belajar bisa menjadi lebih kondusif.
“Kebebasan membawa HP ke sekolah sering disalahgunakan. Banyak siswa yang jadi kurang fokus, lebih suka bersantai daripada belajar serius. Ketika ada tugas, alih-alih membuka buku atau berdiskusi, mereka lebih memilih mencari jawaban instan di internet. Ini bukan hanya menghambat pemahaman, tapi juga secara tidak langsung menurunkan budaya literasi di kalangan pelajar,” tambahnya.
Ikhsan menegaskan bahwa perkembangan teknologi buatan manusia jangan sampai dikendalikan melainkan harus menjadi pengendali teknologi tersebut.
“Di tengah pesatnya perkembangan teknologi termasuk kecerdasan buatan, manusia harus tetap jadi pengendali, bukan dikendalikan,” tegas Ikhsan.
Ikhsan menilai aturan tersebut sebagai langkah positif untuk meningkatkan konsentrasi belajar dan menekan potensi penyalahgunaan teknologi di lingkungan sekolah.
Bayangkan, kata Ikhsan, jika sejak dini siswa sudah terbiasa mengandalkan HP untuk segalanya. Dalam beberapa tahun ke depan, bisa jadi mereka akan kesulitan berpikir mandiri.
“Apakah kita masih bisa berharap pada Indonesia Emas? Atau malah akan berubah menjadi Indonesia Cemas?” tutup Ikhsan. (rizal/mgg)