KUNINGAN (MASS) – Usai menghadiri pelantikan relawan AHAS di Restoran Lembah Ciremai, Cawabup paslon bernomor 3, M Ridho Suganda menjelaskan apa itu politik dinasti. Anak bungsu dari H Aang Hamid Suganda dan Almh Hj Utje Ch Suganda itu mengatakan, politik dinasti hanya tuduhan orang saja.
“Hanya tuduhan orang saja. Bisa dilihat dari sistem yang dianut negara kita. Indonesia ini menjunjung tinggi nilai demokrasi. Kalau selalu mengedepankan politik dinasti, berarti negara kita negara monarki (kerajaan). Dari situ saja sudah tidak relevan,” tandasnya senada dengan orasi politik sewaktu pelantikan relawan AHAS.
Edo mengatakan, dirinya menjadi cawabup melalui berbagai tahapan mulai penjaringan sampai penyaringan. Bahkan sampai hari pencoblosan nanti, dirinya harus menunggu dipilih oleh masyarakat. Kalau politik dinasti, ketika ibunya meninggal (almh Hj Utje Ch Suganda), tiba-tiba dirinya menjabat untuk menggantikan.
“Jadi ini untuk meyakinkan kawan-kawan, masyarakat bahwa tidak ada ambisi dari orang tua. Tidak ada politik dinasti. Itu harus segera dihapuskan. Kalau terus-terusan membahas itu, berarti tak punya lagi bahan untuk membahas orang,” sindirnya.
Ditanya apakah membahas politik dinasti tergolong black campaign, Edo mempersilakan untuk menanyakan langsung kepada orang yang bicara politik dinasti. Sebab menurutnya, orang yang menyebut hal itu memiliki sebuah niatan.
“Niiatannya apa? Kalau untuk mempengaruhi orang agar pilihannya berubah, maka itu black campaign,” tegas dia.
Pihaknya menandaskan, paslon AR (Acep-Ridho) tak ingin melakukan black campaign. Hanya ingin sosialisasi dengan cara yang benar. Money politics dihindari, begitu juga politisasi Sara. Edo mengingatkan, praktek money politics berakibat pada kurungan penjara baik yang memberi maupun yang menerima.
“Saya dengan pak Acep sepakat tak melakukan itu. Kami merasa pak Acep selaku petahana sudah banyak melakukan lebih banyak hal yang lebih dari sekadar bag-bagi uang,” ucapnya. (deden)