Connect with us

Hi, what are you looking for?

Uncategorized

“Kalau Alat Mandi Masih Berlaku, Itu Norak Banget”

KUNINGAN (MASS) – Dalam mengawal amanat rakyat, Menara’27 memimpikan terwujudnya nilai-nilai demokrasi yang diperjuangkan reformasi. Gerakan ini tidak ingin lagi adanya praktik norak yang dilakukan timses paslon tertentu dalam membujuk pemilih.

“Berkaca pada pilkada 2013, kita ingin dalami betul karena apa mereka (pemilih) bersikap. Apakah karena rayuan, bujukan, atau karena sesuatu seperti alat mandi dan lainnya,” ujar Ketua Menara’27, Ilham Ramdhani saat deklarasi gerakannya, Minggu (10/9).

Praktik alat mandi diharapkan olehnya tidak boleh berlaku lagi pada Pilkada 2018 nanti. Sebab menurut dia, praktik seperti itu sangat norak. Kalau masih terjadi, Ilham berani mengatakan, timsesnya tidak berkualitas dan tidak punya akal.

“Kalau ada yang merasa gak terima, ya kita siap menghadapi, tentunya dengan dialog,” ujarnya.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Dalam mengawal amanat rakyat ini, Menara’27 memperoleh data terdapat sekitar 12 ribu pemilih baru di Kuningan. Pada pilkada 2018 nanti, mereka pertama kali menggunakan hak pilihnya. Pendidikan politik dan pendidikan literasi media akan dilakukan terhadap mereka.

“Penggunaan hak pilihnya yang pertama itu akan bernilai sejarah. Kita akan edukasi mereka bahwa pilihan mereka akan berkonsekuensi lima tahun ke depan. Ketika mereka salah memilih pemimpin, maka secara moral jangan diam begitu saja,” ungkap Ilham.

Ribuan ceramah AaGym, contoh Ilham, tidak akan mampu merubah secara cepat perilaku masyarakat. Namun satu buah perda (peraturan daerah), buah dari proses politik, akan mampu merubah masyarakat secara cepat.

“Untuk itulah pentingnya kaum muda tidak alergi politik. Itulah pula tujuan dari gerakan kita ini dalam mengawal amanat rakyat. 12 ribu pemilih baru itu bayinya reformasi. Mereka jangan sampai salah memilih pemimpin yang tidak reformis,” tandasnya.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Ilham mengakui, Menara’27 akan bermuara pada dukungan salah satu paslon. Namun dukungan tersebut mesti melalui diskusi terbuka dalam membedah para kandidat. Kandidat lama belum tentu menjadi pilihan dukungan tanpa melalui proses kajian.

“Meski pada akhirnya pilihan kita satu sama lain berbeda, kami memimpikan diantara kita bergembira. Ngopi bareng, bersikap dewasa. Namanya juga pesta, pesta demokrasi. Yang kami kawal itu suara amanat rakyat supaya sampai ke TPS dan proses demokrasi berjalan sesuai aturan,” pungkasnya. (deden)

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement
Exit mobile version