KUNINGAN (MASS) – Makanan yang tidak pernah bosan menemani kita selama bulan Ramadhan adalah kolang-kaling. Betul? Disajikan hangat bersama kolak pisang, atau dingin melengkapi es campur, dua-duanya sama-sama nikmat.
Meski setiap tahun merasakan lezatnya hidangan tersebut, tetapi tidak semua orang tahu dari mana asalnya kolang-kaling. Apalagi kaidah yang bisa kita ambil hikmahnya dari makanan kenyal yang satu ini.
Adalah sebuah pohon bernama pohon aren, yang biasa dibudidayakan untuk membuat gula aren. Pohon ini masih keluarga dekat dengan pohon kelapa, tak heran bentuknya mirip. Hanya saja buah aren ukurannya lebih kecil dari kelapa, sekira ukuran buah jeruk.
Buah aren inilah yang dipetik dari atas pohon. Sebelum dikupas, buah ini terlebih dahulu direbus selama satu jam untuk menghilangkan getahnya.
Setelah perebusan, barulah dibelah untuk menghilangkan kulitnya. Dalam satu butir buah aren, biasanya terdapat dua biji kolang-kaling. Selesai dipisahkan dari kulitnya, biji-biji kolang-kaling ini direndam selama dua hari dalam air kapur untuk mengangkat kotoran yang menempel.
Ternyata, dari sebutir buah aren banyak yang harus terbuang demi untuk mendapatkan intinya yaitu biji kolang-kaling. Seperti sebuah seleksi alam. Getahnya dibuang. Kulitnya pun dibuang. Terakhir kotoran yang menempel pada biji juga dibuang.
Yang bertahan tinggal biji kolang-kaling. Inilah yang mahal harganya. Adapun getah dan kulit, tak ada harganya sama sekali dan nasibnya akan tersisihkan begitu saja.
Manusia di awal bulan Ramadhan bagaikan sebutir buah aren. Hampir setiap masjid ramai orang shalat berjamaah. Tetapi ketika sampai di pertengahan Ramadhan, sedikit demi sedikit mulai terbuang.
Begitu tiba di akhir bulan Ramadhan semakin banyak lagi yang terbuang. Seperti sebuah seleksi alam. Masjid tiba-tiba sepi kembali dan yang bertahan tinggal orang-orang pilihan.
Mereka inilah yang akan bernilai mahal harganya di sisi Allah. Maka pilihan kembali pada kita semua, apakah ingin menjadi getah dan kulit saja, atau siap bertahan menjadi inti kolang-kaling?
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa menghidupkan shalat sepanjang bulan Ramadhan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau.”
(Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim)
Salam Ramadhan!
Salam Bahagia Sukses Dunia Akhirat 💪
HidupSesaatHarusBermanfaat
(Ari Mohamad Ridwan/ Trainer Leadership AMCo Learning Center/ Konsultan Permasalahan Pemuda / Mahasiswa Magister Manajemen UNIKU)