KUNINGAN (MASS) – Masjid Abdullah bin Ali Al-Furaih yang berlokasi di lingkungan Akademi Farmasi (Akfar) Muhammadiyah, Desa Cipari Kecamatan Cigugur, menjadi kado Milad Muhammadiyah yang ke 105. Ternyata, masjid beserta asrama, rumah imam dan sarana lainnya itu, menelan biaya sebesar Rp 2.063.481.000.
Ketua Panitia Pembangunan masjid, Drs Rosid Ismail MPdI merasa bersyukur, masjid yang mulai dibangun sejak Februari 2017 itu telah diresmikan. Ia berterima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi menyukseskan pembangunan rumah Allah SWT tersebut.
“Masjid yang dibangun ini terbesar untuk tahun ini. Sumber dananya, Rp 1.080.000 bantuan dari Yayasan Bina Muwahidin Surabaya pimpinan Ustad Tatang Hairul Anwar. Plus paket sound system dan karpet senilai Rp 26.500.000 sehingga totalnya Rp 1,1 milyar,” sebut Rosid, Minggu (19/11/2017).
Selebihnya, lanjut Rosid, dana pembangunan masjid bersumber dari Akfar Muhammadiyah senilai Rp 500 juta. Kemudian diproleh dari infak dan sedekah para karyawan, dosen, mahasiswa dan donator lainnya sebesar Rp 34 juta.
“Sisanya lagi jadi tunggakan. Kami optimis akan tertutupi, karena para dermawan muslim tidak akan tinggal diam, khususnya keluarga Muhammadiyah,” ujarnya.
Selaku panitia sekaligus mediator dengan Yayasan Bina Muwahidin Surabaya, Rosid berharap masjid tersebut bisa dimanfaatkan dengan baik untuk ibadah, pengkaderan dan juga dakwah. Ia merasa bangga karena di Kuningan terdapat beberapa masjid lain yang diresmikan disamping masjid Abdullah bin Ali Al-Furaih Akfar.
“Kemarin diresmikan pula masjid di Desa Nanggela Kecamatan Cidahu. Kemudian tadi, masjid di Desa Tangkolo Kecamatan Subang. Sedangkan yang sedang berproses itu pembangunan masjid di STKIP Muhammadiyah dan di MTs Wadisopia Desa Legok Kecamatan Cidahu,” ungkap Rosid.
Bulan ini, masih terdapat beberapa masjid lagi yang segera menyusul. Jumlah masjid yang dibangun tahun ini di 6 tempat dengan total biaya mencapai Rp 3,148 milyar dari Yayasan Bina Muwahidin.
Bentuk kepedulian tersebut, diharapkan oleh Rosid mendapat respon dari masyarakat dan juga Pemkab Kuningan. Terlebih Kuningan memiliki visi Mandiri Agamis Sejahtera (MAS). Masjid, disamping sebagai sarana ibadah, juga menjadi sarana pembinaan nilai-nilai keagamaan.
“Yayasan Bina Muwahidin memang tidak 100 persen dalam menyalurkan bantuan. Melainkan hanya 60-70 persen saja. Sehingga saya berharap pemda dan juga dewan menganggarkan, paling tidak 10-20 persen supaya ada rangsangan. Itu sangat membantu,” harapnya.
Karena ke depan, bantuan yang diberikan bukan hanya sekadar sampai pembangunan masjid. Tapi juga berupa pembinaan ke depannya. Satu contoh, tiap masjid yang telah dibangun diminta untuk mengirimkan satu imam masjid ke Boyolali supaya lebih banyak lagi menghafal Quran. (deden)