KUNINGAN (MASS) – Jika kalian mungkin pernah lewat di sekitar Jalan Aruji Kuningan, kalian akan bertemu seorang kakek yang hampir setiap hari berjualan skotlet. Ya, namanya adalah Abah Juma. Seorang kakek berusia 71 tahun asal Kecamatan Cigugur.
Abah Juma sendiri berdagang sejak siang menjelang sore hingga malam hari. Pada siang hari, kita akan lihat Abah Juma menunggu dagangannya terjual di pertigaan depan Samsat Kuningan. Kakek dengan 3 anak dan 6 cucu ini, memang sudah setahun atau dua tahun ini selalu berjualan di tempat yang sama.
“Tos ulaheun ku anak mah, tapi daripada di bumi bae,” ujarnya pada kuninganmass.com Minggu (2/2/2020) malam.
Dirinya bercerita banyak hal tentang masa mudanya yang dihabiskan di perantauan untuk menghidupi keluarga. Dirinya sejak dulu memang sangat senang beraktifitas.
“Kapungkur mah di kota, masang kaca film,” ceritanya dalam bahasa sunda yang khas.
Abah Juma yang berjualan dari siang hingga malam hari tersebut, sekitar pukul 10 malam biasanya dirinya pulang diantar ojek. Abah Juma mengaku senang sebagai pedagang, ada saja yang berbaik hati padanya, ada pembeli yang tidak mau diberi kembalian, ada juga yang memberinya makanan.
“Rezeki ti allah a, alhamdulillah,” ujarnya penuh dengan rasa syukur.
Dirinya mengaku sempat masih memiliki hasrat untuk pergi ke perantauan. Abah juma bercerita sewaktu masih muda sering menabung secara di sela-sela bata, dan bukan di bank. Dirinya masih ingin beraktifitas seperti biasa.
“Tapi nya kitu, anak ngalarang pisan. Terus kan abdina kena gula, rabun oge. Ceuk dokter, baheulana dahar enak teuing, makan enak bae matak badan teu enak,” ujarnya masih dengan logat yang khas.
Saat ditanyai antisipasi hujan, apalagi saat malam hari, dirinya mengaku sering ke sekitaran rumah dinas wakil bupati. Meski tidak mungkin bertemu orang sepenting itu, namun dirinya mengaku diperlakukan baik oleh pegawai disana.
“Sok disuruh minum, makan. Cuman abahna teu enak, bisi kaenakan. Jadi paling minum bae,” ujarnya dengan senyum yang lebar.
Skotlet yang dijualnya sendiri harganya sangat normal, satu meter biasanya dihargai 55 ribu. Tapi, Abah Juma bilang yang dijualnya justru menyesuaikan pembeli.
Saat itu kondisi sudah gerimis, Abah Juma langsung bersiap pindah tempat ke tempat yang lebih teduh di bawah pohon depan TK. Kru kami hanya sedikit membantu dan bersiap pamit untuk segera pulang menghindari hujan.
“10 ribu tyasa, 20 ribu tyasa, da ukuran mah tos pas a. Lumayan a, nu lain mah abah nu dipasihan ku incu, abah mah masih osok ngajajanan incu,” terangnya malam itu. (eki)