KUNINGAN (MASS) – Mantan wakil Bupati Kuningan M Ridho Sugana M Si angkat bicara perihal santernya isu yang menyebutnya akan pindah partai sebagai “perahu” politiknya kedepan.
Anak dari 2 mantan Bupati Kuningan almarhum Aang Hamid dan Hj Utje Suganda itu, menanggapi hal tersebut dalam Podcast Kuningan Mass, Selasa (19/3/2024) malam.
Edo, membantah isu kepindahan partai dengan mengatakan, istrinya yang Nyaleg di Dapil 3 Kuningan. Adapun hasilnya kalah, Edo mengatakan, bahwa awalnya sang istri memang enggan ke politik praktis.
Apalagi, saat pencalonan juga ia banyak bolak-balik ke Jakarta untuk mengurus sang ibu yang sakit, dan bahkan kini tiada.
Tapi, pencalonan istrinya itu, kata Edo, merupakan kontribusi kemenangan untuk kemenangan partai. Menurutnya, kontribusi dari semua caleg itu penting. Kontribusi bukan materi.
“Kita melihatnya harus majunya kita karena ingin memberikan kontribusi untuk partai, nggak nyari menang, karena ada calon lain yang lebih siap dari kita, H Atif Lebakwangi, Lia Ciawigebang,” sebut Edo, mengatakan calon putra daerah, yang kemudian memnag terpilih.
Ia mengatakan semua suara itu kontribusi berharga. Edo mencontohkan, dapil 4 saja, hanya kurang 80 suara, dan tidak bisa merengkuh kursi kedua.
“(Kita) Tidak maksa masuk, yang penting (partainya menang) maksimal, siapapun. Supaya tidak dituduh mau pindah partai,” kata Edo.
Disinggung ada isu Edo mau ke Golkar, ia justru menampiknya dengan merendahkan diri. Ia mengatakan banyak yang lebih senior di Golkar, dan Edo merasa enggan melangkahinya.
“(Maju dari PDIP aja?) Mudah-mudahan,” tuturnya.
Edo mengatakan, dengan kondisi prediksi perolehan kursi saat ini, siapapun tidak bisa terlalu percaya diri. Tidak ada yang bisa sepaket. Harus khawatir dan mencari teman untuk maju.
“Saya belum tentu, Pak Acep, siapa tahu Zul, siapa tahu Rana, banyak yang bagus. Ya saya sih, bukan siap atau gimana, yang gak dapet (rekomendasi untuk maju) aja siap, apalagi dikasih rekom, ya siaplah,” imbuhnya.
Yang namanya diberikan amanah, lanjut Edo, itu gak bisa dipaksakan, karena apa yang menurut kita bisa, belum tentu menurut orang bisa. Berpolitik itu, imbuhnya, harus punya jantung 12, jangan juga terlalu baper.
Meski menegaskan bahwa jalur mengabdi itu tidak harus di pemerintahan, Edo mengaku dengan jalur eksekutif, punya kewenangan yang besar. Ia mengaju tetap membantu masyarakat selama ini secara personal.
“Kerasa (setelah turun dari pejabat publik), yang paling kerasa bukan kehilangan jabatan, tapi kerasa kehilangan bisa membantu masyarakat dengan maksimal,” ungkapnya. (eki/deden)
Video: