KUNINGAN (MASS) – Duta Bumdes yang juga warga Darma, Dani Nuryadin, mendorong pengelolaan objek wisata yang kini dikuasakan ke Jaswita Jawa Barat, bisa bekerjasama dengan Bumdesma Kecamatan Darma.
Bukan tanpa sebab, menurut Dani, keinginan Gubernur Jawa Barat melalui Jaswita itu, selain PAD, juga kebermanfaatan yang luas kepada warga dari objek wisata yang berletak di Kabupaten Kuningan.
Dan Bumdesa (Bumdes bersama), lanjut Danur sapaan akrbnya, menurutnya pilihan paling tepat untuk Jaswita bekerjasama. Karena, nantinya akan memberikan kebermanfaatan langsung, dan tidak langsung.
“Waduk Darma hadir, harus memiliki manfaat tidak hanya 1 desa 2 desa, tapi seluruh kecamatan Waduk Darma. Wabil khusus 9 desa yang tergenangi air Waduk Darma,” ujarnya dalam Podcast Kuninganmass, baru-baru ini.
Ke-9 desa yang dimaksud, adalah Darma, Paring, Cikupa, Kawah manuk, Cipasung, Paninggaran, Sakerta Barat, Sakerta Timur dan Jagara.
“Sepengetahuan saya, kebetulan kakek saya 32 tahun jadi kades, kalo income langsung jadi PADes dari pengelolaan Waduk Darma, sepengetahuan saya tidak pernah melihat. Saya diskusi dengan salah satu kades di sekitar Waduk Darma, selama ini tidak ada yang jadi PADes, waktu dikelola PDAU juga tidak ada,” kata Dani,
Ia juga menceritakan, bagaimana dulunya desa-desa “berkorban” tanah untuk Waduk Darma. Bahkan, bengkok yang saat itu jadi pendapatan utama perangkat desa (belum digajih) pun, merelakan tanahnya dijadikan Waduk.
Dani menerangkan, dulu warga dan desa merelakan hal itu karena kebermanfaatan dan jadi lahan ibadah yang terus menerus bagi mereka. Karenanya, meski Dani mengaku belum pernah melihat ada bukti penggantian pun, saat itu warga tak banyak perlawanan dan memilih ikhlas.
“Dan sekarang, bukan berarti kita tidak menghormat itu. Yang kita harapkan itu adalah, ketika Waduk Darma sudah dikelola dengan baik, profesional, yang kita harapkan tidak hanya memberi manfaat satu dua tiga desa saja, tapi semuanya terutamanya 9 desa,” ungkapnya.
Adapun saat ini, Waduk Darma sendiri dikelola secara langsung oleh Jaswita dengan menunjuk tim pengelola secara personal. Dani menyebut, dari informasi yang didapatkannya, pengelolaan itu berjangka waktu hanya dua bulan dan akan ada evaluasi kembali.
Karena itulah, ia mengatakan masih ada kesempatan bagi Jaswita, pengelolaan kedepannya bisa bekerjasama dengan lembaga yang ada di Kuningan.
Dan Dani merasa Bumdesma adalah pilihan yang tepat. Selain karena alasan sejarah pengorbanan banyak desa, kebermanfaatannya juga akan lebih nyata dalam bentuk PADes.
Bumdesma sendiri, merupakan badan usaha tingkat kecamatan yang dibentuk seluruh desa di Kecamatan Darma. Keuntungan usaha Bumdesma, nantinya dibagi secara proporsional kepada seluruh desa.
Ia percaya dengan Bumdesa Kecamatan Darma. Karena sejauh ini, sharing profit dengan seluruh desa sudah berjalan dari anak usaha lain. Jika ditambah Waduk Darma, kebermanfaatan langsung pada seluruh desa di Kecamatan Darma, akan lebih besar.
“Kita berterima kasih kepada temen-temen yang mengelola aset Waduk Darma. Dalam 10 hari, moment lebaran bisa menghasilkan omset 602 jutaan,” ungkapnya.
Dalam dunia pariwisata, kata Dani, ada bulan yang ramai dan bulan biasa. Taksiran omset Waduk Darma dalam setahun itu, potensinya mencapai 2 – 2,5 Milyar.
Sebelum paparan terhadap pengelolaan Waduk Darma, Dani sebenanya ditanya perihal aset yang tak lagi dikelola Pemkab Kuningan melalui PDAU, apakah termasuk kegagalan bupati atau tidak.
Ia mengatakan, bahwa sejak awal Waduk Darma memang milik Provinsi jadi bukan direbut atau hilang. Namun, secara pengelolaan, ia membenarkan bahwa Kuningan memang kehilangan.
Meski begitu, Dani nampak berprasangka baik pada Gubernur Jawa Barat. Pasalnya, selain berinvestasi besar di Waduk Darma, pengelolaanya dikuasakan pada Jaswita juga dengan semangat yang baik.
Semangat itu, adalah menjaga asset dengan baik, ada keuntungan, dan ada kebermanfaatan yang jelas dan luas terutama pada masyarakat sekitar. (deden/eki)
Video : https://www.youtube.com/live/YmC1xA5Bl40?feature=share