KUNINGAN (MASS) – Pemilu 2024 sudah usai digelar, namun menyisakan banyak catatan. Salah satu diantara catatan penting itu adalah terjadinya normalisasi pelanggaran. Artinya yang curang dan melanggar aturan dalam kompetisi dianggap normal alias biasa saja.
Pantas saja di masyarakat sering terdengar anekdot, “sudah menjadi rahasia umum masalah bagi-bagi amplop mah”. Pernyataan tersebut menjadi bukti telah terjadi normalisasi pelanggaran.
Jika kita analisis lebih dalam. Pelanggaran dengan money politic terjadi lebih masif dilakukan oleh para oknum daripada pelanggaran pemasangan spanduk, namun tidak ada satupun yang menjadi temuan Bawaslu. Bawaslu lebih terlihat pasif, hanya menunggu laporan dari masyarakat. Dan yang dilaporkan masyarakat pun semoga saja ada tindakannya. Ya semoga saja.
Pelari Jamaika Yohan Blake memenangi final 100 meter putra, setelah juara bertahan dan pemegang medali emas Olimpiade Usain Bolt terkena diskualifikasi karena kesalahan start. Kesalahannya kecil, namun aturan tetap aturan yang harus ditegakkan.
Kritikan ini mungkin akan dianggap angin lalu, bahkan mungkin akan terceletuk, “kritikan biasa dari barisan orang-orang yang kecewa, tidak terima dengan kekalahan, dst.” Namun kami ingin mengingatkan satu rumusan sederhana; garbage in – garbage out, artinya jangan terlalu berharap pemerintahan ini dapat dikelola dengan baik jika yang mengelola pemerintahan adalah para oknum yang melabrak aturan dan para penyelenggara pemilu mengabaikan asas pemilu yang luber jurdil.
Kritikan ini sebetulnya adalah harapan terhadap Demokrasi Indonesia. Berharap Demokrasi kita sehat. Sehingga tatakelola negara kita menjadi lebih baik dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila.
Sebagai penutup, kami ingin mengutip narasi pidato Ir. Soekarno saat Hari Pahlawan 10 November 1961, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
Oleh:
Ade Zezen MZM, M.Pd.