KUNINGAN (MASS) – Insiden jatuhnya lampu IGD RSUD 45 yang menimpa kepala seorang warga hingga kepalanya bocor mengundang reaksi beberapa pihak. Salah satunya mengatakan, insiden tersebut sebuah lelucon yang sangat tidak lucu.
“Insiden lepasnya lampu IGD di RSUD 45 seperti sebuah lelucon yang sangat-sangat tidak lucu. Baru kemarin-kemarin RSUD 45 “lolos” dari verifikasi untuk bisa meraih predikat sebagai RS yang terakreditasi, eh ada peristiwa seperti ini,” kata Direktur Merah Putih Institut, Boy Sandi Kartanegara, Rabu (2/5/2018).
Yang menjadi pertanyaan, imbuh dia, kaitan dengan sistem pengawasan kondisi rumah sakit. Begitu juga soal metode pemeliharaan bangunan dengan seluruh komponen yang melekat.
“Yang jadi pertanyaan saya, bagaimana sih sistem pengawasan kondisi rumah sakit? Seperti apa metode pemeliharaan bangunan dengan segenap komponen yang melekat padanya? Sementara biaya yang dianggarkan untuk mengurus hal-hal seperti itu biasanya tak sedikit,” tanyanya.
Boy meminta agar jangan anggap sepele insiden tersebut. Sebab rumah sakit adalah tempat untuk warga berikhtiar mencari kesembuhan dari penyakit, bukan sebaliknya. Apalagi ini rumah sakit milik pemda.
“Atau jangan-jangan biaya pemeliharaannya “kering” karena klaim dana BPJSnya tak turun-turun akibat kita punya tunggakan BPJS yang tak sedikit,” ungkap pria berambut gondrong itu.
Yang paling penting menurutnya, RSUD tak perlu gengsi untuk meminta maaf kepada korban insiden tersebut. Daripada nanti digugat secara class action.
Terpisah, Kabag Humas Setda, Dr Wahyu Hidayah menjelaskan, RSUD 45 sudah menerapkan konsep BLUD (Badan Layanan Umum Daerah). Artinya, pendapatan yang masuk digunakan lagi untuk diri sendiri. Meskipun ada juga tambahan kegiatan dari pemda, seperti pajak rokok dan DBHCHT.
“Jadi konsep BLUD itu, RS punya pendapatan dan pendapatannya digunakan untuk meningkatkan pelayanan, kesejahteraan pegawai, pemenuhan prasarana dan lainnya,” jelasnya. (deden)