KUNINGAN (MASS)- Meski warga Tionghoa di Kabupaten Kuningan minoritas, tapi mereka mempunyai sejarah panjang dengan Kuningan.
Bupati Acep Purnama yang merupakan keturunan Tionghoa. Ia terpilih menjadi bupati bukan sebuah kebetulan.Namun mengulang sejarah.
Sebab, kepala pemerintahan Kajene (Kuningan) adalah Sang Adipati Kuningan ada keturunan Cina atau Tionghoa. Kala itu ia dinobatkan pada 1 September 1498 M.
Sang Adipat adalah anak Ki Gedeng Luragung yang diangkat anak oleh pasangan Ong Tein (asli Tionghoa) dan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
“Kalau ada yang bertanya kapan dan dimana warga Tionghoa masuk pertama kali ke Kuningan, jawabnnya adalah di Luragung,” sebut Nding Masku pemerhati sejarah, belum lama ini kepada kuninganmass.com.
Hal ini sesuai dengan sejarah Putri Ong Tien masuk ke Luragung. Boleh dibilang cikal bakalnya Warga Tionghoa adalah Luragung.
Sehingga tidak heran kalau di Luragunglandeuh banyak makam Cina karena memang pusatnya. Selama ini banyak yang mengenalnya di Jalan Lingkar Cijoho dan Cilimus.
“Sebenarnya ketika abad 14, kekuasaan Ong Tien menyebar hingga ke Cinagara Lebakwangi dan Marga Cina di Ciwaru,” ujarnya.
Diterangkan, khusus di Desa Margacina ada makam keramat warga Tionghoa. Ia yang pertama membentuk desa.
“Ia berasal dari Yogjakarta anak buahnya Sunan Kuning,” jelasnya.
Setelah itu perkembangan Tionghoa di Kuningan meredup seiring ada revolusi fisik. Namun, pada abad 19 kembali masuk lagi ke Kuningan.
“Mereka datang lagi ke Luragung dari Cilacap pada abad 19. Hal ini setelah terjadi pemberontakan Sunan Kuning di Mataram Yogyakarta,” jelasnya lagi.
Kemudian itu mereka menetap lama di Luragung, sehingga banyak makam hingga sekarang masa terjaga.
Timbul pertanyaan, bagaimana patilasan di Desa Ancaran Kecamatan Kuningan? Ternyata permukiman itu terbentuk jaman Belanda atau dibawah tahun 45-an.
Kaum Tionghoa ini adalah hanya perpindahan sementara atau direlokasi dari Siliwangi Pacinan dan mereka pada saat Belanda kembali pindah ke lokasi semula.
Bukti warga Tionghoa pernah mendiami Ancarannadalah ada namanya dusun pacinan. Bahkan salah satu peninggalannya adalah mata airnya.
Mata air hingga sekarang masih ada. Sedangkan klenteng dan lainnya sudah rata dengan tanah.
“Sekali untuk makam yang di Jalan Lingkar itu jaman Belanda. Yang yang palung tua ada di Luragung,” pungkasnya.
Terpisah, salah satu perangkat Desa Luragunglandeuh Uce Purnama membenarkan bahwa makam Cina banyak di Luragung.
“Luas Pisan makam tersebut, lokasinya sebelum jembatan Sanggarung masuk ke kiri,” jelasnya. (agus)