KUNINGAN (MASS) – Adanya mahasiswa yang maksa ingin orasi di depan gedung DPRD Kuningan, jelang rapat paripurna, Kamis (30/9/2021) siang tadi sempat bikin heboh.
Pasalnya, mahasiwa berbaju putih yang akhirnya diamankan Polres Kuningan itu, ingin maksa orasi baca puisi. Dan terpaksa ditahan, karena administrasi dan pemberitahuan sebelumnya, tidak jelas. Siapa yang ngirim, dan apa yang ingin dibaca.
Sempat diamankan kepolisian, mahasiswa itu ditanyai identitas dan tidak membawa KTP atau identitas lainnya. Belakangan, diketahui lelaki itu bernama Alfi Aulia Hasbullah, mahasiswa Unisa yang juga aktif di IMM.
Siangnya, Alfi ditengok teman-temannya dari Bem Unisa dan IMM di Polres Kuningan setelah ditanyai dengan suasana santai di Polres.
Alfi sendiri, saat hendak orasi terlihat membawa kertas berisi puisi. Dari penelusuran kuninganmass.com, setidaknya ada 3 puisi yang rencananya akan dibaca Alfi. (Eki)
Berikut Pusi yang akan dibaca tersebut :
Puisi 1.
Judul : Ironi Negeri Ini
Karya Afriani Afda
sayup-sayup terdengar berita
saat satu demi satu wakil rakyat menjadi tikus
dengan entengnya mereka bersulap Ria
ya
menyulap uang rakyat demi kepentingan mereka sendiri
tanpa pedulikan rakyat kecil
hei
Indonesia kaya
Aku bangga Indonesia kaya
tapi
Adakah yang bisa enyahkan para tikus berdasi itu
baju kumal
kulit dekil
demi mengais rupiah
saat kami mengadu ke gedung-gedung mewah itu
para pasukan tegap mengusir kami
dengan lunglai kami pulang penuh caci dalam hati
janji-janji mereka katakan
janji-janji mereka ucapkan
janji janji mereka teriakan
berkobar ….berkobar ….
tapi apa?
janji janji yang kau ucapkan busuk
janji-janji yang kau ucapkan busuk
ini yang dinamakan politik
setelah 69 tahun indonesia merdeka
Tak Adakah wakil rakyat yang peduli semua rakyat kecil
janji janji yang kau ucapkan busuk katanya Indonesia kaya
katanya Indonesia subur
katanya uang yang diperuntukkan untuk kami
Puisi 2
Judul :
Karya sutardzi calzoum bachri
Tanah air mata
tanah tumpah Dukaku
Mata air, air mata kami
Air mata, Tanah Air kami
Di sinilah kami berdiri
menyanyikan air mata kami
di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedung mu
Kami coba sembunyikan derita kami
kami coba simpan nestapa
Kami coba kuburkan duka lara
tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana
bumi memang tak sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun Kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
kemanapun terbang Kalian kan hinggap di air mata kami
kemanapun berlayar kalian arungi air mata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak takkan bisa Kemana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata
Kau dibelikan rumah-rumah mewah mu
Kau belikan mobil-mobil sport mu sedangkan kami disini menahan lapar
Janji-janji yang kau ucapkan busuk
janji-janji yang kau ucapkan busuk
kau para tikus berdasi Aku bersumpah demi negeri ini Semoga Kau Di Neraka kekal abadi
Puisi 3.
Judul : Mata Luka Sengkon Karta
Karya :
serupa Maskumambang
Pupuh mengantarkan wejangan hidup
kecapi dalam suara sunyi menyendiri
Pupuh dan kecapi membalut nyeri
menyatu dalam suara Genting
terluka,melukai,luka luka, menganga,akibat ulah manusia
terengah engah dalam tabung dan selang
Aku seorang petani Bojongsari
menghidupi mimpi yang ditanam sendiri kesederhanaan panutan hidup
dapat untung dilipat dan ditabung
1974 tanah air yang kucinta berumur 29 tahun
waktu yang mudah bagi berdirinya sebuah negara Lambang Garuda
dasarnya Pancasila undang-undang 45
merajut banyak peristiwa peralihan kepemimpinan yang mendesak
Bung Karno diganti Pak Harto
dengan dalih keamanan negara
pembantaian enam Jendral satu Perwira
Enam jam dalam satu malam
mati di lubang tak berguna tak ada dalam perang Mahabharata
bahkan di sejarah dunia hanya di sejarah Indonesia pemusnahan golongan kiri PKI wajib mati
pemimpin otoriter
Repelita
rencana pembangunan lima tahun bisa jadi rencana pembantaian 5 tahun
Di tahun-tahun berikutnya kudapati penembak misterius tak ada salah apalagi benar tak ada hukum negara pembantaian di mana-mana diburu sampai got dor dimulut dor di kepala Diikat tali dikafani karung penguasa punya Tahta yang tidak ada bisa di Ada Ada akulah sengkon yang sakit berusaha mengenang setiap luka di dada di punggung di batuk yang berlapis tuberkulosis malam Jumat 21 November 1974 setiap malam Jumat Yasin dilantunkan dengan khidmat bintang-bintang berzikir di kedipannya suara-suara binatang melengkingkan Pujaan Untuk Tuhan istriku masih mengenakan mukena mengambilkan minum dari dapur di kejauhan terdengar warga desa Gadunh yaaa Adili saja si keluarga rampok itu