KUNINGAN (MASS) – Perayaan Hari Raya Idul Adha atau yang seringkali disebut juga dengan Hari Raya Idul Kurban telah memberikan spirit tersendiri dalam upaya membangun kehidupan masyarakat. Jika spirit ibadah kurban ini dapat diimpelementasikan dalam kehidupan maka dapat mewujudkan kehidupan masyarakat yang harmonis dan tenteram.
Pada hari raya Idul Kurban ada syariat penyembelihan hewan kurban. Hal ini telah ditegaskan dalam Alquran surat al-Kautsar [108] ayat 1-2, dan surat al-Hajj [22] ayat 34. Saking pentingnya perintah melaksanakan syariat kurban, dalam hadis Nabi SAW melarang seseorang yang memiliki kelapangan rezeki untuk mendekati tempat shalat (masjid) jika tidak mau berkurban (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Kurban pada hakikatnya tidak sekadar mengalirkan darah binatang sembelihan, atau tidak hanya memotong hewan kurban. Lebih dari itu, berkurban berarti sebuah ketundukan seorang hamba secara totalitas terhadap perintah Allah dan sikap menghindar dari hal yang dilarang-Nya.
Berkurban juga berarti menyembelih sifat-sifat hewani yang melekat dalam diri manusia. Sangat berat, tidak setiap orang yang berkurban mampu melakukannya, kecuali yang menyadari bahwa semua yang dimiliki itu –baik berupa harta, jabatan, pengikut, keluarga, dan popularitas– hanyalah titipan dari-Nya yang tidak layak untuk disombongkan, dan dapat diambil kapan saja jika Ia menghendaki.
Jika sikap dan kesadaran tersebut telah dimiliki oleh setiap orang di negeri ini, niscaya akan tercipta keseimbangan dalam tatanan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Bagi penggiat media cetak maupun elektronik dan sejenisnya, berkurban dengan selalu menyajikan setiap informasi dan berita yang dapat menyejukkan (bukan profokatif) dan dapat dipertanggungjawabkan (bukan hoax).
Bagi seorang pengusaha, berkurban dengan bisnis yang halal dan akan memberikan hak kepada karyawan sebelum keringatnya mengering. Bagi karyawan, berkurban dengan bekerja secara profesional dan sungguh-sungguh.
Bagi orang yang berpunya (kaya), berkurban dengan banyak berderma. Bagi orang yang tidak berpunya, berkurban dengan menjaga diri dengan tidak meminta-minta.
Bagi orang tua, berkurban dengan menjadikan rumah tangga sebagai ladang penyiapan generasi yang berbudi pekerti. Sebagai anak, berkurban dengan berbakti kepada orang tua, membahagiakan, menjaga nama baik keluarga, dan melanjutkan visi misi keluarga.
Sebagai pendidik, berkurban dengan mengerahkan segala potensinya untuk membentuk siswa menjadi cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual. Sebagai siswa, berkurban dengan mengerahkan potensi untuk menyerap ilmu dan mengamalkannya, hormat kepada guru, dan menjaga nama baik almamater.
Sebagai pemimpin, berkurban memberikan hak-hak kepada rakyat yang dipimpin, tidak menelantarkan, dan bekerja keras untuk mengantarkan kepada kehidupan rakyat menjadi lebih baik dan sejahtera.
Sebagai rakyat, berkurban mengerahkan segala kemampuan mendukung segala program dan kebijakan yang berorientasi untuk kemaslahatan masyarakat, dan mengingatkan (sikap kritis) terhadap segala bentuk penyimpangan yang menyengsarakan.
Sebagai politisi, berkurban dengan memeras pikiran dan tenaga untuk memperjuangkan kemaslahatan masyarakat, bangsa dan negara. Bukan malah memanfaatkan untuk kepentingan diri dan kelompoknya, mendekati rakyat saat membutuhkan dukungan, dan menelantarkan jika harapannya telah tercapai.
Sebagai pejabat dan pelayan masyarakat, berkurban sekuat tenaga dengan memberikan pelayanan prima, bukan malah memanfaatkan untuk memperkaya diri dengan meminta imbalan, padahal telah digaji oleh negara yang berasal dari uang rakyat.
Dan, sebagai apa pun kita, berkurban untuk dapat memberikan manfaat kehidupan yang lebih besar kepada umat, bangsa, dan negara. Karena, puncak kebaikan itu manakala kita mampu memberikan manfaat seluas-luasnya untuk kepentingan umat.
Jika spirit ibadah kurban ini dimiliki, diinternalisasikan dan diimplementasikan oleh setiap warga di negeri ini –apapun posisinya– maka akan dapat menyelesaikan setiap persoalan bangsa dan mengantarkan kepada kehidupan yang harmonis dan rukun. Buktikan!
H. Imam Nur Suharno, M.Pd.I.
Kepala Divisi HRD dan Personalia Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat