KUNINGAN (MASS) – Perjalanan kuninganmass.com mengunjungi tempat wisata kali ini, sedikit berbeda.
Karena meskipun sudah terkenal luas, melihat langsung Ikan Dewa di tempat wisata Cigugur, tetaplah mengagumkan.
Lokasi wisata yang juga dikenal karena terapi ikannya ini, tetap membuat kuninganmass.com terheran-heran, bagaimana bisa, ikan yang terlihat besar dan sangat nyata itu, memiliki sekelumit ‘mitos mistis’ di belakangnya. Ikan Dewa juga kerap disebut Ikan Kancra Putih.
Salah satu pengelola, Tono, menyebut Ikan Dewa merupakan ikan yang dianggap kramat karena cerita yang diturunkan turun-temurun.
Ikan Dewa sendiri, disebutnya hanya ada di tiga titik di Kuningan. Darma, Cigugur serta Cibulan.
“Semua sama sejarahnya kok. Katanya dari Prabu Siliwangi,” ujarnya pada kuninganmass.com Kamis (6/7/2020) siang.
Konon, Ikan Dewa ini adalah para prajurit Prabu Siliwangi yang membangkang. Sebab itulah, para prajurit ini dikutuk prabu menjadi ikan.
Meski mungkin tidak bisa dibuktikan dengan logis, keberadaanya menjadi daya tarik wisata. Hal itu juga sangat baik bagi perawatan lingkungan sekitar yang terus dijaga.
Tak banyak yang tahu total jumlah Ikan Dewa saat ini. Konon, seperti halnya dituturkan Tono, jika terjadi pengurasan di satu tempat dari tiga titik tadi, Darmaloka, Cigugur, dan Cibulan, maka Ikan Dewa itu akan menghilang sejenak.
Dijelaskan Tono, dari cerita yang beredar, bahwa diantar ketiga kolam tersebut terdapat suatu aliran yang saling terhubung, entah tersembunyi dibawah tanah, atau mungkin, aliran yang tidak bisa dijelaskan ilmu dahir.
“Jadi kalau dikuras, ikannya akan pindah kesana (antara dua titik lainnya, red). Disana jadi lebih banyak. Begitu juga sebaliknya. Dulu mah disana ada pusaran airnya, sekarang mah gak keliatan,” tuturnya menunjuk salah stau bagian kolam.
Terlepas dari semua hal tersebut, melihat langsung ikan-ikan sebesar paha orang dewasa menjadi hiburan tersendiri.
Selain melepas penat dan relaksasi, berenang bersama Ikan Dewa juga sama serunya.
Anehnya ikan ini makanannya adalah boronong dan roti oleh dan pengelola di tiga tempat dibiarkan alamiah.
Konon dulu pernah dikasih lepur atau makanan ikan justru banyak ikan yang mati. Karena dikramatkan ikan ini juga dilarang dimakan.
Barang siapa yang berani melanggar pantangan itu akan sial dan ini terbukti.
Dulu waktu penjajahan Jepang, oleh tentara ikan itu di konsumsi, ternyata Jepang tidak lama berkuasa di Indonesia.
Ikan ini pun kalau mati oleh pengelola di kubur menggunakan kapan. Pendek kata ikan dewa benar-benarkan di kramatkan.
“Dulu ada mahasiswa yang berniat untuk mengembangbiakan, tapi saya tidak setuju karena biarlahkan ikan ini berkembang biak secara alamiah,” ujar Direktur Kolam Ikan Cibulan H Didi Sutardi.(eki)