KUNINGAN (MASS) – Dalam rangka HUT PWI K-79 dan HPN 2025, PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Kabupaten Kuningan menggelar acara bakti sosial dengan mengunjungi rumah terdampak musibah angin puting beliung, dan rumah warga jompo yang kondisinya cukup memprihatinkan, Kamis (13/2/2025) kemarin.
Kegiatan dilepas secara simbolis oleh Ketua DPRD Kuningan Nuzul Rachdy, didampingi Asda 3 H. Ade Nurdijanto, dan Kadiskominfo H. Ucu Suryana, di Sekretariat PWI Jl. Moh. Yamin Kuningan.
Ketua PWI Kuningan, Nunung Khazanah, menjelaskan bahwa yang menjadi sasaran Baksos PWI adalah rumah yang terkena musibah angin puting beliung yaitu milik Uhi di Desa Cimaranten Kecamatan Cipicung. Lalu rumah yang tidak layak huni milik Witi (60), janda jompo yang tinggal bersama anak dan cucucunya. Ia harus menghidupi mereka dengan bekerja sebagai buruh tani dan serabutan lainnya.
“Ini hanya bentuk kepedulian Kami dari PWI. Bantuannya tidak seberapa, namun diharapkan pihak lain pun tergugah dengan kondisi masyarakat Kuningan. Ternyata masih ada warga yang berada di lingkup kota yang butuh perhatian serius, baik dari sisi ekonominya maupun dari tempat tinggalnya yang kurang layak,”katanya.
Sementara itu, Asda 3 Setda H. Nurdiyanto, yang mewakili Pj. Bupati Agus Thoyib mengapresiasi terhadap kegiatan Baksos yang digelar oleh PWI. Itu menandakan, kepedulian sosial teman-teman jurnalis yang ada di Kuningan khususnya yang tergabung dalam PWI masih cukup tinggi.
Hal itu jugalah yang disampaikan Ketua DPRD Kuningan Nuzul Rachdy. Kepedulian tersebut harus menjadi pemantik bagi masyarakat lainnya, terutama pemerintah dalam meningkatkan kepedulian terhadap masyarakatnya.
Nuzul menambahkan, pers adalah pilar keempat demokrasi setelah eksekutif, legislatif, yudikatif. Begitu juga pers atau media adalah unsur pentahelix, yaitu pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media.
“Peran pers tidak bisa dihilangkan dalam unsur yang disebutkan diatas itu. Maka sesuatu yang tidak bisa terjangkau oleh pemerintah, yaitu eksekutif dan legislatif, itu terjangkau oleh media, dan bisa menjadi satu masukan buat pemerintah,” ujarnya.
Di Hari Pers juga Nuzul berpesan supaya pers tetap menjadi mitra kritis bagi pemerintah untuk membangun bangsa.
“Tidak sekedar berita bagus atau berita memuji, tapi tetap harus kritik, karena kritik itu obat. Namun kritik yang konstruktif bukan yang semena-mena, trial by the pres,” pungkasnya. (eki/rl)