KUNINGAN (MASS) – Sepulang dari studi banding ke Medan, salah seorang wakil rakyat, Deki Zaenal Muttaqien, menceritakan kekagumannya ke Kabupaten Deli Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Bupatinya seorang penulis yang telah melahirkan karya buku. Tak heran jika Deli Serdang masuk nominasi juara 1 sebagai kabupaten literasi tingkat nasional.
“Saya bawa karya beliau. Ternyata bupati di sana seorang penulis yang melahirkan buku. Dewan Pendidikannya pun melahirkan beberapa buku. Jadi ada struktur teladan dari atas sehingga diikuti masyarakatnya. Bukan hanya sekadar seremonial atau deklarasi saja,” ungkap salah seorang anggota komisi 4 yang membidangi pendidikan tersebut, Jumat (28/2/2020).
Dari sisi prestasi literasinya, Deki memandang penting komisi 4 DPRD Kuningan mempelajari kultur masyarakat serta kebijakan yang diterapkan pemerintahan Deli Serdang. Ternyata, di sana julukan kabupaten literasi betul-betul berjalan. Tiap hari tertentu, masyarakat diwajibkan membaca dan menulis antara 15-20 menit.
“Ada program 15-20 menit wajib baca tulis tiap hari Kamis. Ada TBM (taman baca masyarakat). Lalu ada sepeda motor yang mereka sebut kereta, yang keliling bawa 200 buku. Mereka serius. Apa yang dideklarasikan itu sesuai fakta. Jadi bukan seremonial saja,” tandasnya.
Padahal, imbuh politisi Gerindra ini, APBD di sana lebih kecil dari APBD Kuningan. Deli Serdang mampu menepis keterbatasan anggaran yang biasa dijadikan dalih kendala implementasi kebijakan.
Bukan hanya itu, di sana pun, menurut Deki sudah mempunyai Perda (Peraturan Daerah) tentang literasi. Acuannya Permendikbud No 23/2015. Artinya, ada keseriusan factual yang ditunjukkan para stakeholder Deli Serdang. Tidak terjebak pada domain aturan, namun komitmennya kuat dan ada keseriusan dari bupati, disdik, dewan pendidikan dan lainnya ketika sudah mendeklarasikan diri.
“Prestasi yang dicapai, bukan prestise,” ujarnya dalam mengeluarkan pernyataan atas nama pribadi, bukan mewakili komisi 4 atau lembaga DPRD.
Deki menegaskan, studi banding yang dilaksanakan komisi 4 ke Deli Serdang dirasa betul-betul bermanfaat. Informasi dan ilmu kaitan dengan literasi diperoleh untuk kemudian bisa diterapkan secara serius di Kabupaten Kuningan.
“Saya juga tak mau hanya sekadar menggunakan uang rakyat untuk keperluan yang tidak-tidak. Ini bukti bahwa kami bekerja. Kunjungan kemarin menjadi pelajaran berharga yang bisa ditetapkan di sini,” tegasnya.
Kenapa literasi ini dianggap penting, Deki menjelaskan, tingginya mutu pendidikan masyarakat akan mendongkrak semua lini. Kebiasaan membaca dan menulis, tentu akan memengaruhi kualitas berpikir masyarakat. Itu menjadi sumber dasar yang kelak dapat mencapai kesejahteraan masyarakat.
“Memang pendidikan itu tidak menghasilkan PAD. Karena bentuknya investasi jangka panjang. Tak langsung ada feedback, outcome secara materi,” terangnya.
Kedepan, program sadar membaca harus digelorakan di Kuningan. Indeks keberhasilan Deli Serdang sebagai kabupaten literasi, dapat dilihat dari indeks publikasi, pelaku, penyediaan bahan, tata kelola kelembagaan dan keterlibatan publik.
“Di sana, pas di kantin itu semua masyarakat terlibat. Mereka meluangkan waktu 15-20 menit untuk membaca, menulis, membuat resensi buku. Saya pikir di Kuningan harus diterapkan,” pungkasnya. (deden)