Connect with us

Hi, what are you looking for?

Diskusi publik Waroeng Rakyat, Jumat (19/12/2025). (Foto: eki)

Ragam

Gunung Ciremai: Sumber Kehidupan Atau Tantangan Lingkungan?

KUNINGAN (MASS) – Komunitas Waroeng Rakyat menggelar diskusi publik bertajuk “Gunung Ciremai: Sumber Kehidupan atau Tantangan Lingkungan?“, Jumat (19/12/2025) siang ini,

Diskusi tentang Gunung Ciremai itu digelar di Kopi Buku Saung Gunung. Waroeng Rakyat, mengundang berbagai unsur mulai dari eksekutif, legislatif, akademisi, aktivis lingkungan dan unsur masyarakat.

Acara menghadirkan akademisi Prof Suwari Akhmaddian MH, aktivis lingkungan Avo Juhartono, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Ir Usep Sumirat, anggota DPRD sekaligus Ketua Pasundan Rana Suparman S Sos, serta perwakolan TNGC, Nisa Syachera sebagai pemantik diskusi.

Dalam acara tersebut, Prof Suwari menegaskan bahwa Gunung adalah tiang bumi. Ia mengatakan bahwa hal itulah yang tertuang dalam Al Qur’an.

Ia juga membahas peradaban Sunda, yang sebenarnya sudah cukup tertata dalam mengatur hutan. Hutan larangan, tutupan dan baladahan.

“Secara peradaban, kita (suku Sunda) lebih dulu (punya sistem pengelolaan hutan). Orang Sunda sudah mengatur daerah mana yang boleh kita garap dan yang tidak,” kata Suwari.

Sementara, pemateri lainnya Avo Juhartono, menyoroti daya dukung kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) dan buffer zona-nya.

Dimana, kata Avo, baik TNGC maupun buffer zona milik masyarakat, sebenarnya sudah terancam, meski ancaman yang kini terjadi tidak secara langsung.

“Seberapa besar daya dukung lingkungan? 400 ribu orang masik kawasan TNGC pertahun. Meski tidak membabat pohon (tetap harus diperhitungkan daya dukungnya),” kata Avo.

Selain itu, tekanan atau ancaman lainnya terhadap kawasan sekitar Gunung Ciremai, adalah penyadapan pinus. Avo menggaris bawahi tekanan aktivitas manusia di Ciremai.

Pemateri lainnya, Rana Suparman, menyinggung soal tanaman endemik di Gunung Ciremai. Secara khusus, Rana menunjukkan kurang setujunya perihal penanaman Pinus di Gunung Ciremai.

Pinus, kata Rana, bukan tanaman endemik asli Gunung Ciremai. Tanaman endemik Gunung Ciremai, lanjut Rana, lebih baik untuk ekosistem disana.

Khusus soal Pinus, dibahas juga oleh TNGC melalui Nisa Syachera. Ia menjelaskan perjalanan kawasan Ciremai sebelum jadi Taman Nasional.

Dulunya, sempat jadi lahan produktif, sehingga sempat terjadi penanaman pohon Pinus secara massif. Pergantian ke pohon endemik, tidak bisa dilakukan secara sekaligus.

Diskusi sendiri sangat interaktif. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan peserta ke pemantik. Termasuk ke Kepala Dinas LH Ir Usep Sumirat, yang pada akhirnya menjelaskan posisi Pemkab tentang isu sirkuit lahan sekitar Arunika.

Usep menegaskan, pihaknya menghentikan sementara segala aktivitas cut and fill, dan meminta pemilik Arunika, untuk menempuh perijinan yang lebih clear, tidak parsial karena masih satu hamparan. (eki)

Advertisement
Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement

You May Also Like

Exit mobile version