KUNINGAN (MASS)- Apa yang dilakukan oleh 44 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) dari 15 desa di Kecamatan Jalaksana patut ditiru. Pasalnya, mereka memutuskan mundur dari program ini karena sudah mandiri secara ekonomi.
Mereka memutuskan graduasi atau keluar dari kepesertaan PKH karena sudah mampu mandiri secara ekonomi. Sebenarnya ke 44 KPM bukan yang pertama sebelumnya juga suda ada yang keluar. Bahkan menjadi bos tahu.
baca berita sebelumnya : https://kuninganmass.com/government/dulu-warga-miskin-sekarang-bos-tahu/
“Graduasi mandiri adalah kondisi dimana KPM PKH sudah bisa lepas dari program bantuan sosial yang selama ini diberikan oleh pemerintah karena telah mandiri secara ekonomi”, jelas Monicha Silviana, Pekerja Sosial Supervisor PKH Kabupaten Kuningan.
Diterangkan, hal ini merupakan progress yang baik. Pencapaian seperti ini bukan hal yang mudah. Untuk mencapai graduasi mandiri perlu dilakukan beberapa tahapan, diantaranya yaitu melakukan observasi, home visit, berkoordinasi dengan stakeholder, dan yang terpenting adalah tindakan edukatif untuk membangun kesadaran dan motivasi KPM.
“Dalam graduasi mandiri poin terpentingnya adalah perubahan perilaku KPM, misalnya dari yang biasa bergantung pada bantuan menjadi berani berusaha mandiri. Setiap perubahan perilaku berawal dari perubahan mindset, dan untuk mencapai hal tersebut diperlukan strategi, teknik, dan usaha berkali-kali”, ungkapnya.
Monicha menyebutkan, pekerja sosial supervisor akan terus memberikan arahan dan support terbaik bagi perkembangan progress para pendamping sosial. Di Kecamatan Jalaksana terdapat tiga orang pendamping sosial yang mendampingi KPM PKH di tiap-tiap desa, yaitu Kokom Komalasari, Santi Ratnasari, dan Laena Kusuma Perdani.
Jumlah graduasi mandiri yang telah dicapai pun berbeda-beda. KPM dampingan Laena sejumlah 16 orang, Kokom 9 orang, dan Santi sejumlah 19 orang.
“Kami menyampaikan terkait graduasi mandiri berulang-ulang di setiap pertemuan dengan KPM, termasuk saat Pertemuan Kemampuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2). Sampai mereka satu persatu mengajukan diri untuk berhenti dari kepesertaan PKH secara sukarela karena sudah bisa mandiri secara ekonomi dan merasa sudah cukup atas bantuan yang diberikan selama ini,” timpal Laena satu dari tiga pedamping KPM PKH.
Leana yang didampingi Santi dan Kokom juga menyebutkan, mundurnya mereka juga ada yang menyadari masih banyak orang lain yang lebih layak mendapatkan bantuan. Itu yang membuat mereka mundur.
Mengenai pihak desa Lanjut Laena, sangat kooperatif dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan PKH. Hal ini menjadi modal sehingga pelaksaana PKH selalu berjalan lancar. (agus)