Connect with us

Hi, what are you looking for?

Netizen Mass

Gerakan Literasi Dalam Kurikulum Merdeka

KUNINGAN (MASS) – Pemerintah melalui Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 telah menyadari pentingnya penumbuhan karakter peserta didik melalui kebijakan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Dalam hal sadar literasi guna meningkatkan sistem pendidikan dan mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu upaya yang dilakukan pemerinth adalah menggalakkan budaya literasi (membaca dan menulis). 

Selain itu, berdasarkan sebuah studi Most Littered Nation In The World yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada tahun 2016, Indonesia berada diperingkat ke 60 dari 61 negara dalam hal minat membaca. Fenomena dan data tersebut merupakan hal yang menyedihkan dan bisa menjadi cermin terhadap minat membaca di Indonesia.

Generasi saat ini memiliki alasan mengapa buku bukan menjadi satu-satunya bahan bacaan. Remaja berasumsi bahwa ilmu pengetahuan bisa didapat dan diakses dengan mudah lewat telepon genggam mereka. Asumsi tersebut tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Memang, zaman digital ini membuat aktivitas yang kita lakukan tidak bisa terlepas dari gawai.

Namun, sangat disayangkan jika sebagian dari pengguna gawai di Indonesia belum mampu memanfaatkannya secara bijak sehingga banyak orang yang sibuk dengan media sosialnya dan terbuai dengan berbagai macam aktivitas di dunia maya sehingga merenggut mereka dari waktu terbaik yang seharusnya mampu dioptimalkan untuk membaca.

Gerakan literasi tersebut bertujuan untuk mewujudkan peserta didik yang unggul melalui budaya literasi (membaca dan menulis). Bahkan saat ini penerapan gerakan literasi tersebut akan kembali dipertegas melalui kurikulum merdeka 2022. Penerapan itu kini tak sebatas kegiatan membaca saja namun juga menulis sebagaimana yang kita ketahui bersama dalam kurikulum 2022 peserta didik yang duduk dibangku sekolah menegah atas harus melewati tahap menulis artikel ilmiah sebagai salah satu syarat kelulusan. 

Kebijakan diatas merupakan hal positif dan merupakan awal yang baik dalam upaya menumbuhkan gerakan literasi di negara ini. Namun, kegiatan membaca dan menulis tersebut hendaknya tidak terbatas pada ruang dan waktu. Karena hal yang terjadi di lapangan adalah kegiatan membaca dan menulis tersebut hanya berhenti pada kegiatan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran.

Dengan kata lain banyak peserta didik yang masih menganggap bahwa kegiatan membaca dan menulis merupakan suatu kewajiban didalam kelas semata tanpa menjadikan membaca dan menulis sebgai suatu kebutuhan. Paradigma tersebut harus diubah. Membaca seharusnya tidak lagi dianggap sebagai kewajiban melainkan kebutuhan. Dengan memberinya ruang-waktu yang memadai, yang kalau tidak diadakan akan mengakibatkan minim pengetahuan.  

Keterampilan membaca pada hakikatnya merupakan suatu kebutuhan utama di era globalisasi ini khususnya generasi muda. Kemampuan membaca yang baik akan memudahkan seseorang dalam memahami berbagai konsep. Selain itu, kemampuan membaca yang baik juga akan mengembangkan kemampuan berpikir seseorang sehingga membuat seseorang tersebut mudah dalam berpikir kritis.

Memahami konsep dan pemikiran kritis adalah dua kualitas penting dari seorang individu yang sukses. Selain itu, membaca juga meningkatkan kosa kata seseorang, perintah pada bahasa, dan kemampuan komunikasi. Selain membaca, kemampuan menulis dalam dunia literasi juga sangat penting. Membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Bagi mereka yang tidak membudayakan gerakan membaca maka akan sulit untuk menulis karena dua unsur ini merupakan unsur pokok literasi yang saling berkaitan satu dengan lainnya.

Begitupula sebaliknya sesorang yang gemar membaca maka akan memudahkan bagi mereka dalam proses menulis. Menulis dapat mengasah kepribadian dan kemampuan berpikir kritis. Keterampilan menulis merupakan kemampuan seseorang dalam menuangkan ide/gagasan dalam rangkaian aksara. Perlu dipahami bahwa pada hakikatnya menulis bukanlah soal bakat dan kemampuan. Tapi menulis adalah soal tekad dan kemauan.

Siapa saja bisa menjadi penulis selama mereka memiliki kemauan dan berusaha membiasakan diri untuk menulis. Penulis pernah mendapat nasihat berharga dari salah satu guru penulis. Beliau mengatakan “Menulis itu bisa karena biasa”. Intinya, keterampilan menulis hanya akan mampu diwujudkan jika seseorang memiliki kebiasaan menulis. Siapa yang tidak membiasakan menulis maka ia tidak akan mampu menjadi penulis yang baik. 

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar proses pendidikan bergantung pada kemampuan dan kesadaran literasi. Budaya literasi yang tertanam dalam diri generasi muda mempengaruhi tingkat keberhasilan baik di jenjang pendidikan maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, tradisi membaca dan menulis harus terus dikembangkan mengingat bahwa melalui membaca, maka kemajuan pendidikan akan lebih pesat.

Kemudian melalui kegiatan menulis, ide, gagasan, serta ilmu pengetahuan akan terus berkembang. Kebiasaan membaca dan menulis harus terus ditumbuhkan di sekolah-sekolah sebagai iklim pendidikan di Indonesia. Dalam membentuk gerakan membaca dan menulis harus ada sinergitas antara guru dan peserta didik. Guru harus mampu menjadi role model dan penggerak literasi bagi pesera didik khususnya disekolah.

Guru juga harus terbiasa dalam menulis dan menjadi insipirasi bagi peserta didik melalui karya-karya nyata. Dengan demikian, gerakan literasi mampu menjadi wadah untuk mewujudkan pendidikan yang maju dan sumber daya manusia yang berkualitas. Salam literasi

Penulis : Aan Pathiyah M Pd (Dosen Universitas Islam Al Ihya Kuningan)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Education

KUNINGAN (MASS) – Kreasi siswa SMPN 2 Jalaksana nampak dalam pameran Gelar Karya yang dilakukan di lingkungan sekolah baru-baru ini. Para pelajar itu, memamerkan...

Education

KUNINGAN (MASS) – Dari 94 Madrasah Ibtidaiyyah (MI) di Kabupaten Kuningan, baru 3 madrasah yang menerapkan Kurikulum Merdeka, yakni MIN 6 Kuningan, MI Alfalah...

Education

KUNINGAN (MASS) – Pada Jumat (22/7/2022) kemarin, TK Alam Al Ghifari Pasapen Kuningan dikunjungi Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Kunjungan itu,...

Education

KUNINGAN (MASS) – Sebelum melaksanakan kegiatan perkuliahan, UNISA menggelar Orientasi Pengenalan Kampus (OSPEK) untuk mahasiswa baru. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada 11-13 September 2018 di...

Advertisement
Exit mobile version