KUNINGAN (MASS) – Perabotan rumah tangga merupakan salah satu kebutuhan yang cukup umum di kalangan masyarakat. Dengan perabotan ini, tentu memudahkan segala aktifitas rumah tangga.
Dulu, perabotan rumah tangga semua serba tradisional. Biasanya, berupa kerajinan yang dibuat dari bahan rotan atau bahan lain sesuai kebutuhan.
Namun, seiring dengan perkembangannya zaman banyak sekali bermunculan alat-alat rumah tangga yang dibuat dari bahan-bahan yang dianggap awet dan tidak mudah terbakar, yaitu stainless.
Pergeseran bahan alat perabotan ini menjadi fenomena yang cukup menarik, dikarenakan cukup merubah pola guna masyarakat dalam membeli alat-alat kebutuhan rumah tangga.
Ceuceuting misalnya, alat untuk masak nasi yang diganti menjadi rice cooker. Kemudian boboko, perabotan yang digunakan jadi wadah nasi yang sudah matang, kini banyak diganti menjadi rice bowl dan alat-alat perabotan lainnya.
Perubahan kebiasaan ini, tentu akan memberikan dampak yang cukup signifikan bagi para penjual alat rumah tangga tradisional.
Meski begitu, ternyata cukup banyak juga yang keukeuh bertahan dengan perabotan tradisional. Setya Budi adalah salah satunya. Sampai sekarang, Budi adalah penjual alat rumah tangga tradisional di Pasar Cilimus, Desa/Kecamatan Cilimus.
“Kuperpindahan minat beli jalmi kana alat rumah tangga, masih seer kang anu meser perabotan tradisional ieu, biasana dina momen kanggo kawinan atau hajatan,” ujar pria berumur 30 tahun tersebut dalam bahasa Sunda.
Dari pemaparannya, untuk jangka waktu seminggu beliau mendapatkan pendapatan sekitar 200-300 ribu rupiah dari penjualan perabotan tersebut.
Namun, dirinya mengeluhkan mengenai kurangnya distributor alat-alat tersebut untuk wilayah Kabupaten Kuningan, dan hanya mengambil dari wilayah Darma.
Selebihnya, diatributor perabotan tradisional banyak dari wilayah luar kota Kuningan, seperti wilayah Cirebon dan Majalengka.
Walaupun semakin banyak macam-macam perabotan rumah tangga di pasar tradisional dan online shop, nyatanya alat-alat perabotan tradisional ini masih tetap ada di hati para pembelinya. (eki/imin/mgg)