KUNINGAN (MASS) – Usai ceramah di halaman masjid Al Huda Desa Manislor Kecamatan Jalaksana, Ketua FPI Kuningan KH Endin Kholidin membacakan pernyataan sikap. Sikap itu pun pasca mendapat undangan rapat dari Bupati H Acep Purnama Kamis (26/10/2017) lalu.
“Pada hari Kamis kami mendapat undangan rapat. Kami hadir jam 1 siang. Sudah ada ketua MUI, PC NU, FKUB, GP Ansor, Kajari, Kapolres, perwakilan Dandim, serta Satpol PP. Kami tanyakan tuntutan kami karena tak penuhi standar mualaf sehingga dianggap fatal,” tutur Endin.
Ia mengatakan, bupati meminta maaf karena tidak bisa memenuhi tuntutan FPI. Setelah itu, dirinya membacakan sikap FPI. “Pertama, FPI punya hati nurani memaafkan atas kesalahan pemda. artinya kita tak ngotot karena sudah minta maaf,” sebutnya.
Endin melanjutkan, Pemda sudah berkiprah dan berjuang sekuat tenaga meski hasilnya masih dianggapnya kurang. Tapi FPI merasa kecewa dan menyesal atas jawaban bupati dengan segudang fasilitas belum bisa memberikan jawaban yang menggembirakan.
“FPI memberi apresiasi atas upaya dan langkah bupati untuk memberikan jawaban. Karena kita tau beliau datang ke sana dan kemari untuk mencari solusi. Itu harus kita hormati dan hargai,” ucapnya.
Keempat, lanjut Endin, tetap meminta bupati dan instansi yang terlibat agar terus berusaha untuk memenuhi tuntutan FPI sebagai pertanggungjawaban atas kecerobohan mencantumkan Islam pada kolom agama.
“Jadi secara pribadi kita memaafkan tapi menuntut agar jangan berhenti untuk memenuhi tuntutan,” ujarnya.
Kelima, FPI akan terus berjuang dalam menyikapi persoalan Ahmadiyah sesuai prosedur dan medan juang Islam. Yaitu mekanisme dakwah, hisbah dan jihad. Ia menegaskan tak akan berhenti lantaran sudah jadi program FPI.
“Mau hujan, panas, mau sakit, memori kami Ahmadiyah. Karena kami belum melakukan upaya pembinaan dakwah terhadap JAI. Kami takut adzab di akhirat dipertanyakan oleh Allah SWT, kenapa kalian tidak berdakwah,” kata Endin.
Kelima, FPI mengajak kaum muslimin muslimat dan ormas Islam untuk bersatu padu memperhatikan aliran sesat. Karena menurutnya bukan hanya menistakan agama tapi juga menodai bahkan memperkosa ajaran Islam.
“Menurut kami ini jauh lebih dahsyat dari kasus Ahok. Kita mekanismenya dakwha, ada yang mau ikut silakan. Andai tak ikut juga FPI akan tetap berupaya sampai puas berjuang di jalan Allah,” tandasnya.
Namuan demikian, Endin menegaskan, pihaknya tidak akan anarkis. FPI tidak akan menciptakan kerusuhan, pertengkaran atau pertumpahan darah. Suasana sejuk akan diciptakan dengan harapan penganut Ahmadiyah mendapatkan hidayah.
“Dalam menjalankan dakwah, kami akan berkoordinasi dengan aparat kepolisian, TNI dan juga Satpol PP. Mekanisme dakwah, hisbah dan jihad fisabillah, jadi acuan kami,” ungkapnya.
Sementara, dalam ceramahnya Jumat (27/10/2017), Endin membahas soal definisi makar. Menurutnya, makar itu ucapan dan tindakan yang menghalangi kebajikan. TNI, kata Endin, telah menyampaikan hati-hati paham komunisme. Komunisme itu musuh ulama karena menghalangi kebajikan. “Komunis makar bukan?,” Tanya Endin kepada ratusan jamaah.
Ia juga melanjutkan, FPI selama ini menjaga keutuhan NKRI. Tapi dianggap anti Pancasila. Endin menyayangkan ulama dianggap makar, sementara koruptor dibebaskan.
Dalam kesempatan itu, Endin meneriakan yel-yel yang diikuti jamaah. “Indonesia, merdeka. NKRI, harga mati. Manislor, berkah”.
Kaitan dengan rapat Kamis (26/10/2017), Kabag Humas Setda Wahyu Hidayah MSi dikonfirmasi portal ini. “Rumusan tim dari MUI, NU dan ormas Islam akan melaksanakan pembinaan ke warga Ahmadiyah. Pembinaan kepada warga dilakukan secara bersama-sama secara rutin dengan jadwal akan diatur oleh ketua NU dan MUI,” terangnya. (deden)