KUNINGAN (MASS) – Fenomena menjamurnya kedai kopi di Kuningan, bisa jadi menjadi sebuah kemajuan di dunia ‘Perngopian’.
Selain menjadi lahan baru kesempatan berbisnisnya anak muda. Dengan merebaknya kedai juga menjadi peluang para petani konvensional untuk bisa menjual hasil panen kopinya dengan lebih ‘layak’.
Di Kabupaten Kuningan sendiri, ada sekitar 60-70 kedai kopi yang berdiri. Angka yang muncul tersebut, pernah diutarakan salah satu anggota dari komunitas pecinta kopi di Kuningan.
Kedai-kedai yang mencapai puluhan itu, membentang dari mulai ujung Kecamatan Mandirancan, Hingga Kecamatan Darma.
Tentu saja, hal itu juga disadari betul oleh salah satu praktisinya. Pecinta kopi, yang juga pemilik sebuah kedai di Kuningan, Harry Fitriansyah.
“Awalnya kita (pelaku bisnis kopi, red) selalu mengenalkan kopi asli (bukan sachet, red). Awalnya yang kita kenalkan ya kopi item,” ujarnya saat ditemui kuninganmass.com Kamis (7/7/2020) siang.
Dalam praktiknya, budaya ‘ngopi’ di Kuningan yang dibangun sejak 2015-2016 tersebut, mengalami jalannya sendiri.
Tepatnya pada tahun 2019, meledaklah fenomena Kopi Susu. Hal itu terjadi bukan hanya di Kuningan, tapi trend yang terjadi di hampir setiap kota.
“Kopi item itu kan segmented. Nah di 2019 itu, semua berlomba-lomba bikin kopsu (kopi susu, red), tapi gak papa, yang penting kopinya, kopi asli, ” terangnya menjawab pertanyaan.
Istilah ‘ngopi beneran’ dan kopi ‘asli’ sendiri, merupakan kata yang digunakan untuk membedakan dengan produk sachet yang terbilang sangat murah harganya.
Selain jomplang secara harga, ada indikasi bahwa di kopi sachet, unsur kopi tidak mencapai setengahnya. Sisanya adalah bahan campuran lain.
Kopi susu sendiri, banyak dikaitkan sebagai ‘kompromi’ untuk kebanyakan orang yang ingin menikmati kopi, tapi tidak tahan dengan kadar pait di dalamnya.
Maka, dengan campuran susu dan atau dengan gula aren, banyak dijadikan pilihan untuk penyajian.
“Trend kopi? Masih panjang. Karena sekarang penikmatnya dari berbagai kalangan. Fenomena nongkrongnya juga terbangun. Ngumpul bareng temen,” jawabnya saat ditanya apakah bisnis ini akan menjadi bisnis musiman atau bisnis yang akan hidup panjang.
Menurut Harry, budaya ngopi terutama di Kuningan terus mengalami peningkatan. Kedepan, hanya tinggal bagaimana treatment dari kedai dan hospotality (pelayanan dan kedekatan yang dibangun, red) saja ke pelanggan.
Hal tersebut, merupakan hal-hal penting selain rasa dan tempat, yang bisa mengikat pelanggan. (eki)