KUNINGAN (MASS) – Pada saat ditawari nomor antrian pasien oleh satpam dengan memasang harga Rp20 ribu, Cawabup M Ridho Suganda tidak menerimanya. Justru ia menanyakan buat apa uang tersebut.
“Kalau diberi berarti saya turut membiarkan kegiatan itu. Silakan buktikan sendiri pada orang-orang di situ, saya ngasih uang enggak. Akhirnya pun mereka mungkin sadar, siapa yang ditawari sehingga gak jadi,” tutur politisi yang biasa disapa Edo itu.
Kalau dipinta untuk menunjukkan satpamnya, menurut Edo, berarti mau membuktikan perkara. Ia mengatakan, kalau seperti itu kejauhan. Bahkan Edo mengistilahkannya lebay.
“Toh diungkapkan oleh pihak rumah sakit katanya satpamnya sudah diganti, masa harus dipanggil lagi,” ucapnya.
Kendati demikian, Edo tidak mengakui pemecatan oknum satpam tersebut berbarengan dengan kasus dirinya saat ditawari nomor antrian. Antara pemecatan dan kasus Edo tidak beriringan. Bahkan ia menegaskan, saat itu dirinya bukan sedang mengetes.
“Saya ke situ bukan ngetes, tapi mau nganter orang yang mau berobat. Pas mau ngambil nomor antrian ada yang melakukan penawaran. Jadi bukan ngetes itu mah,” tegasnya.
Kalaupun di video ia berkata ‘ngetes sendiri’, menurut Edo itu bahasa spontanitas. Jadi, waktu itu bukan berkapasitas mau ngetes tapi ke RSUD 45 sedang mengantar orang berobat.
“Siapa kita harus ngetes. Sebagai warga Kuningan ingin mendapatkan pelayanan rumah sakit. Saya taat aturan ikut ngantri dan kebetulan ada yang menawarkan. Cerita saya titik sampai disitu,” ujarnya.
Dengan adanya kasus seperti itu, berarti adanya satu masukan dimana bisa memperbaiki kinerja rumah sakit. Sesuai saran Presiden Jokowi pelayanan kesehatan harus baik. Ketika pelayanannya baik, maka orang yang sedang sakit pun bisa sembuh. Sebaliknya jika pelayanan tidak baik maka pasien tak akan sembuh.
“Sekali lagi cerita saya di video tersebut bentuk curhat saya. Untuk waktunya mari kita tanyakan kepada si pengupload. Yang jelas saya tak bermaksud mendiskreditkan kinerja RS. Justru jadi masukan agar tak terjadi lagi,” tegasnya.
Edo tidak menyebutkan kapan dan kegiatan apa dari tayangan video yang beredar. Ia juga tidak mengungkapkan kapan kejadian persis dirinya ditawari nomor antrian dengan harga Rp20 ribu.
Saat ditanya apakah waktu itu saat H Acep Purnama masih aktif menjabat bupati, Edo meminta agar tidak mengarahkan pada kepemimpinan Acep, pasangannya. Sebab menurut dia, yang mengangkat satpam itu bukan bupati.
Penuturan Edo yang berisi klarifikasi tersebut diutarakannya usai bukber dengan wartawan Rabu (6/6/2018) malam di Galeri Bumi Aki Kelurahan Winduhaji. Selain awak media, hadir pula relawan merah putih pendukung pasangan AR (Acep-Ridho). (deden/habis)