KUNINGAN (MASS) – Menjadi atlet biliar dan mewakili Kabupaten Kuningan, adalah satu dari berbagai jalan hidup yang pernah dialami Nursiam Widagdo.
Perempuan yang kini tinggal di Cirendang tersebut, kini lebih fokus menjadi entrepreneur, baik itu sebagai selebgram, maupun sebagai pengusaha makanan.
Apalagi, saat ini, menjadi atlet biliar di Kuningan sangat sedikit sekali harapannya untuk bisa berkembang dan berpenghasilan.
Selain tidak tersedianya fasilitas yang memadai, kondisi atlet yang tanpa pertandingan pun, sama susahnya, terutama di masa pandemik.
Iam, panggilan akrabnya, berbagi pada kuninganmass.com beberapa waktu lalu ketika ditemui di salah satu Kedai Kuningan.
Dengan sangat lugas, Iam bukan hanya bercerita soal apa yang sedang dirintisnya di usaha minimol, cemilan cimol khas buatannya.
Iam juga bercerita tentang banyak hal yang membuatnya hingga seperti saat ini, perempuan yang pada akhirnya memilih berkarir dan mandiri.
Perempuan yang memiliki lebih dari 30 ribu follower di Instagramnya tersebut mengaku, memulai akun Instagram sejak awal tahun 2019.
Iam yang memiliki tattoo di lengan tersebut, cukup santai dan cuek soal penampilan dan sikapnya di depan kamera.
Namun menurutnya, mungkin hal itulah yang membuatnya lebih dikenal dan memorable sehingga banyak follower.
“Ya sebenarnya gak pernah ngenilai diri sendiri, kalau kata orang selebgram, ya mungkin iya syukur,” ujarnya dalam obrolan santai tersebut.
Selain membahas usaha, Nursiam juga menyebut kini dirinya bersama rekan satu tim, bisa terus survive dengan penghasilan dari ‘ketenarannya’ tersebut.
Beberapa endorsement yang masuk, serta terus bergulirnya usaha minimol, membuatnya terlihat percaya diri, bahwa perempuan di zaman modern, selalu punya jalan untuk mandiri.
“Dulu sempet kerja, pernah jadi SPG, pernah di pemancingan, pernah juga jadi admin di salah satu brend hp, tapi ya mungkin lebih cocok disini (entrepeuneur, red),” ujarnya memberikan gambaran tidak ada jalan hidup yang instan.
Mental tahan bantingnya, ternyata terbentuk sejak dulu, sehinga bisa bertaham hingga saat ini.
Obrolan berlanjut pada hal-hal yang lebih pribadi, Nursiam bercerita tentang pernikahan dini-nya di usia 17 tahun dan harus merasakan title single setelah menikah.
Padahal menurutnya, dalam menjalin hubungan, dirinya tak pernah main-main. Bahkan, tattoo di lengannya, dibuat karena kenal suaminya tersebut.
Lebih jauh, Nursiam juga menceritakan soal kehidupannya yang pernah diterjang depressi. Dalam waktu yang tidak singkat, Iam harus berjuang keras melawan stigma negative yang kadung sudah menempel pada dirinya sebagai single di usia muda.
Bahkan, dari pengakuannya, sempat Iam seperti kehilangan arah, sering melamun, ngomong sendiri, dan gejala depresi yang akut lainnya.
“Tapi keluarga terus support. Baik banget mereka itu. Makanya gue malu kan, mikir, gue harus ngebuktiin bisa mandiri dan nggak nysahin orang tua,” ujar perempuan yang usianya bahkan masih 26 tahunan tersebut.
Merunut dari pengalaman yang dilaluinya itu, dirinya berfikir ada baiknya dalam menjalani hidup untuk bersikap percaya diri dan tidak mendengarkan apa kata orang, apalagi jika ungkapan-ungakapan tersebut malah membuat down dan tidak percaya diri.
“Asal jangan kita yang ngerugiin orang. Jangan peduli sama orongan daripada bikin insecure,” pesannya di akhir wawancara. (eki)