KUNINGAN (MASS) – Kabar Almarhumah siswi SMAN Kadugede yang sebelumnya diduga keracunan hingga kejang dan mengeluarkan cairan berwarna hijau, sempat viral. Mengenai hal tersebut, pihak Rumah Sakit Permata Kuningan membeberkan kronologi serta hasil diagnosanya.
Manajer Pelayanan RS Permata, dr Ihsan menyampaikan kronologi dari dr Alif yang melakukan penanganan awal korban. Menurutnya, cairan hijau yang dikeluarkan dari tubuh korban bukanlah racun, melainkan campuran cairan empedu dan lambung.
“”Hasil cairan hijau bisa diakibatkan oleh cairan empedu bercampur dengan cairan lambung. Kami garis bawahi, ini tidak menunjukkan jika pasien keracunan,” ujar dr Ihsan, Senin (20/10/2025).
Ia menegaskan, pemasangan NGT atau selang dari tubuh melalui hidung bukan untuk penyedot racun, melainkan untuk memasukan obat, selain itu juga berfungsi agar pasien tidak terdesak karena pasien dalam penurunan kesadaran.
Ia menyebutkan, saat di IGD kondisi pasien dalam keadaan lemas dan tidak responsif terhadap lingkungan.
“Dari pengakuan orangtua, konsumsi obat (almarhum) hanya minum paracetamol, dan riwayat kejang sebelumnya tidak ada,” katanya.
dr Ihsan menyebutkan, hasil pemeriksaan awal menunjukkan tanda vital pasien normal. Mulai dari, ventilasi, pernapasannya, suhu hingga saturasi ekstrimnya, namun terdapat penurunan kesadaran pada pasien.
“Dari hasil diagnosa dr Alif ini ada penurunan kesadaran observasi kejang atau konfusi, terus ada dispepsia atau penyakit lambung terus ada hiperglycemia reaktif atau penyakit gula kadar gulanya naik,” jelasnya,
Menurutnya, dr Alif juga melakukan konsultasi dengan dua dokter spesialis, dr penyakit dalam dan dokter spesialis penyakit saraf. Kemudian menyarankan rujukan ke RS lain untuk penanganan lanjutan karena dokter spesialis saraf di Rs Permata sedang cuti.
Sejumlah rumah sakit telah dihubungi, seperti RSUD 45, El Sifa, Juanda, hingga Gunung Jati,namun banyak rumah sakit yang ruangannya penuh dan dokternya cuti. Akhirnya, Rs Wijaya Kusuma menyatakan siap menerima pasien.
Pihak Rs Permata juga memberikan edukasi kepada keluarga mengenai kondisi pasien, kemungkinan penyebab penyakit, serta rencana pemeriksaan dan terapi. Meski dari awal pihak keluarga menyebutkan keracunan MBG, pihak rs tidak menyimpulkan hal tersebut secara medis.
Menurutnya, hasil diagnosa yang disampaikan juga belum sepenuhnya dapat dipastikan. Mengenai kebenaran keracunan, ia mengaku sulit untuk dibuktikan.
“Kami mengedukasi bisa dikarenakan faktor yang lain karena riwayat pasien sudah sakit 3 hari sebelum masuk rumah sakit serta kemungkinan masalah ada di bagian penyakit saraf,” katanya. (didin)
Baca juga berita sebelumnya :
Sebut Keluarga Almarhumah Novi Ikhlas! Pemdes Cikadu Inisiatif Buat Surat Tolak Autopsi