KUNINGAN (MASS) – Makna disiplin sering disalah artikan sebagai bentuk kepatuhan. Makna sesungguhnya dari disiplin adalah regulasi diri. Dalam Masyarakat pada umumnya sering dikaitkan mengenai displin yang dihubungkan dengan hadiah dan hukuman. Begitupun halnya dengan dunia pendidikan, seringkali dikaitkan penerapan disiplin sebagai bentuk kepatuhan terhadap aturan aturan yang berlaku. Dan yang melanggar ketidak disiplinan akan mendapatkan sanksi atau hukuman.
Memaknai disiplin banyak yang menghubungkan dalam bentuk pengawasan. Mematuhi dikarenakan takut dengan adanya hukuman atau takut sedang diawasi. Disiplin biasa dimaknai oleh kesadaran eksternal karena ada aturan, ada sanksi ataupun reward ketika mematuhinya. Berbeda dengan didiplin positif yang mengutamakan kesadaran internal seseorang ketika menunjukan perilakunya atau melaksanakan tugasnya. Walaupun tanpa pengawasan atau iming-iming hadiah atau hukuman kesadaran diri seseorang muncul sebagai akar dalam menunjukan perilakunya.
Dalam perkembanganya, pemahaman diatas mengenai konsep disiplin biasa mungkin tidak memiliki relevansi dengan konsep Merdeka belajar. Berdasarkan teori kontrol yang dikemukakan Covey (1991), bahwa Realitas (kebutuhan) setiap orang berbeda, setiap orang memiliki pemahaman berbeda, Kita berusaha memahami pandangan orang lain tentang dunia, hanya Anda yang bisa mengontrol diri Anda, semua orang memiliki tujuan, Kolaborasi dan konsensus menciptakan pilihan-pilihan baru, kita tidak bisa mengontrol orang lain serta pemahaman bahwa setiap orang pemenang. Teori kontrol ini menggambarkan bahwa regulasi diri dibangun dari hal-hal positif. Disiplin harus berasal dari motivasi intrinstik peserta didik jika diterapkan lingkup pendidikan. Lalu bagaimana membangun hal-hal yang relevan dengan disiplin positif?
Dalam perkembangan pendidikan saat ini, Disiplin positif dapat diartikan sebagai cara untuk menerapkan sikap disiplin yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran serta memberdayakan anak mandiri melakukan sesuatu tanpa iming-iming hukuman, sogokan, ancaman, maupun hadiah. Prinsip disiplin positif yaitu tentang menumbuhkan kesadaran internal dan bukan kontrol dari luar/ eksternal. Karena dasarnya dorongan dari luar lebih berat dan sulit untuk dipaksakan. Misalnya Ketika mendorong anak-anak untuk memiliki minat baca, dengan cara memberikan perintah, atau mentarget anak-anak untuk rajin membaca dengan aturan missal membaca satu buku untuk satu hari dan memotivasi lain tapi untuk beberapa anak yang memiliki karakter dan gaya belajar yang kinestetik akan sulit menumbuhkanya. Berbeda dengan kita yang coba menumbuhkan kesadaran dirinya agar anak memiliki minat baca. Buat pemantik/stimulasi bisa dari pertanyaan maupun stimulasi menyajikan situasi yang relevan melalui menayangkan model atau pigur panutan dan lain lain. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan kesadaran diri yang bisa memunculkan kesadaran internal dengan menyentuh titik dari setiap anak yaitu manfaat, kebanggan, makna, tantangan, pertanyaan yang menggugah kesadaran, minat/pasion, tujuan hidup, kesenangan, keyakinan, kebutuhan.
Apa yang dimaksud dengan manfaat yaitu dimana anak akan terpancing untuk melakukan sesuatu dengan mengetahui apa manfaatnya, lalu yang kedua adalah kebanggaan, Ketika mencoba menggerakan anak, anak harus tahu kebanggaan diri Ketika melakukan aktivitas tersebut sesuai dengan apa yang jadi panutan. Kemudian yang ketiga ada yag dimaksud dengan makna, kegiatan yang dilakukan oleh anak harus memiliki makna yang bisa memberikan penguatan serta arah secara mendalam untuk penguatan anak. Selanjutnya adalah tantangan, anak itu tidak begitu menyukai aturan, karena sering muncul rasaingin tahu tinggi dan daya ekplorasi sehingga anak-anak merasa tertantang melakukan sesuatu. Dari tantangan, titik dari anak yang bisa di sentuh yaitu bagaimana memantik dengan pertanyaan yang bisa mengunggah kesadaran. Kesadaran internal juga bisa di ditumbuhkan dengan mengikuti minat/Passion seseorang atau seseorang yang diidolakanya. Tujuan yang jelas dalam kesadaran menunjukan perilaku juga bisa dimunculkan dan alkukan sesuai dengan kesenangan atau cara yang bisa membuat Bahagia. Keyakinan juga harus tetap dimunculkan bahwa missal kegiatan adalah kegiatan positif dan yang terakhir kesadaran diri juga harus tetap relevan dengan kebutuhan setiap anak dalam memunculkan motivasi internalnya.
Prinsip dari Disiplin positif selanjutnya setelah kesadaran internal yaitu konsekuensi logis bukan hukuman. Konsekusi logis terdiri dari 4 unsur yaitu related yaitu berhubungan dengan perilaku, harus menjaga harga diri, sesuai dengan usia, dan harus membantu siswa untuk memperbaiki diri jangan sampai menimbulkan efek samping. 3 jenis konsekuensi logis yang bisa dirumuskan Bersama dengan anak yaitu jika merusak maka konsekuensi logisnya diperbaiki, jika mengabaikan kewajiban maka kehilangan hak, jika melakukan sesuatu yang berulang akan diberikan jeda/positif time out.
Prinsip berikutnya dalam disiplin positif adalah dorongan bukan hadiah. Hadiah dianggap efektif dalam memotivasi untuk mendisiplinkan anak. Namun apakah bisa menjadikan kesadaran jangka Panjang dengan pemberian hadiah. Pemberian hadiah apakah menjadi fokus tujuan ataukah bisa menjadi satu adiktif yang memiliki kecenderungan dosisinya bertambah dan tidak membantu perilaku positifnya. Haidah tidak sejalan dengan prinsip disiplin positif tentang kesadaran internal. Jati alternatif menumbuhkan perilaku positif bisa berupa dorongan/dukungan. Sifatnya spesifik pada perilaku. Lebih kepada prosesnya bukan pada hasilnya jadi bukan berupa pujian, anak menjadi subjek apa yang dilakukannya, sepenuhnya memberikan kepercayaan anak mampu melakukanya.
Yang selanjutnya adalah Koneksi sebelum koreksi dalam penerapan disiplin positif. Tidak bereaksi langsung dalam suatu kejadian, mengeluarkan perintah dan melarang dalam bentuk ceramah. Sebelum melakukan itu semua hendaknya membangun koneksi dulu. Salah satu tekniknya yaitu dengan melakukan sapaan hangat, menyebutkan nama, memabangun koneksi dengan gesture tubuh, gerak maupun mimik muka, memvalidasi emosi dengan cara menanyakan kondisi, membangun kepercayaan, memberikan perhatian atau kepedulian, mau mendengarkan dengan cara mendengar aktif Ketika mereka berbicara.
Memahami bukan menghakimi, prinsipnya dalam penerapan disiplin positif. Biasanya menghakimi didasari oleh emosi, sedangkan memahami akan coba dengan cara menanyakan alasanya. Fokus memahami pada akar dari perilakunya. Mencoba menggali sebagai bentuk pemahaman bahwa Tindakan hanya sesuatu yang ditampakan seperti gunung es yang kedalamanya perlu digali. Apa yang melatar belakangi sebuah kejadian baik di alam bawah sadarnya maupun dalam kesadaran penuh seseorang. Menemani dengan memberi atensi seperti tetap mendampingi sesuai kebutuhan.
Kendalikan Diri bukan kontrol orang lain hal ini berarti fokus terhadap kontrol diri sebagai pendidik. Menjadi pendidik bukan berarti pengendali anak-anak. Pendidik harus menguasai dan memahami peta emosi. Dengan menjadikan dirikita sebagai contoh dalam mengendalikan emosi. 6 bagian dari pemetan emosi yang terbagi dua menjadi emosi positif dan negative. 3 bagian emosi positif yaitu Bahagia, bersemangat dan tenang dan peta emosi negatif yaitu sedih, marah dan takut. Ada lima Langkah dalam mengendalikan emosi yaitu terima, amati, nikmati kemudian yakini kita lebih kuat dr emosi dan terakhir adalah aksi.
Lembut dan tegas dalam mendidik Ketika memiliki interaksi dengan anak. Memberi sinya dan tetap menunjukan emosi yang positif. Namun bukan berarti goyah dalam menerapkan aturan, jangan sampai miskonsepsi dengan keras namun tidak tegas. Lembut itu pesan bisa diterima oleh hati dan k=tegas adalah bentuk komitmen terhadap sebuah aturan ataupun kesepakatan. Lembut bukan lembek dan tegas bukan keras. Lembut dan lembek sesuatu yang berbeda, lembek berarti sikap lemah yang ditunjukan dan bisa dimanfaatkan hal negative, lembut juga bukan berarti menyelamatkan tapi dapat menyentuh hati dalam memberikan bantuan dan bukan memberikan kenyamanan berlebihan.
Prinsip dari penerapan disiplin positif dimana guru dan anak dapat memiliki kesempatan mengembangkan diri hingga proses pembelajaran berpusat pada peserta didik. Esensi dari Merdeka belajar itu sendiri yang berpusat pada peserta didik dimana anak didik harus dilindungi segala hak-haknya untuk mendapatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan perkembanganya.
Kesempatan dalam mengembangkan seluruh potensi dan kompetensi guru yang diimbangi dengan anak yang memperoleh disiplin positif sehingga semua komponen dilingkungan sekolah memiliki komitmen dan regulasi bersama yang lebih mengutamakan prinsip restitusi sehinga makna dari Merdeka belajar bisa lebih dikuatkan lagi dan lebih mudah diterapkan dan adanya perubahan kearah positif dalam perkembangan pendidikan.
Dedeh Komalasari, S.Pd AUD, M.Pd
(Dosen Universitas Majalengka (UNMA), Anggota BAN PDM Jabar, FSP Angkatan 3)