KUNINGAN (MASS) – Belakangan, muncul tudingan terhadap Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. Tudingan itu, mulai dari “jalan-jalan” ke luar kota dan dana covid.
Hal itulah yang kemudian dijawab Dinkes Kuningan melalui Sekdis Drs H Teddy Noviandy M SI, didampingi dr Hj Dessy Sutanti M KM dan Arif Budy Darmawan SE.
Pihaknya, pertama menjelaskan tentang perjalanan ke Tawangmangu Jawa Tengah. Dijelaskan panjang lebar mulai dari latar belakang, tujuan sampai hasil yang didapat dari perjalanan dinas tersebut. Pihaknya, membantah perjalanan itu semata perjalanan seperti wisata.
Tawangmangu, ternyata dipilih jadi tujuan Dinkes dengan dasar ingin ada Griya Sehat yang ideal di Kuningan. Dan disana, sudah ada Griya Sehat sebagai percontohan. Griya sehat sendiri merupakan sebuah lembaga pengobatan yang mengakomodir pengobatan tradisional dan herbal.
“Kita boleh dikatakan tuntutan Griya sehat itu muncul di Kuningan, tentunya harus ada studi banding, mengkaji dari yang sudah ada. Dan kebetulan Tawangmangu ini proyek pencotohan nasional dan patut kita tiru. Dan ternyata kita tidak tidak salah pilih (kunjungan). Jadi tidak benar juga (tuduhan jalan-jalan semata),” ujar Sekdis, kala diwawancara baru-baru ini.
Lebih jauh, diceritakan bagaimana Griya Sehat sejak tahun tahun sebelumnya, ingin dihadirkan di Kabupaten Kuningan. Kunjungan ke Tawangmangu sendiri, ternyata bukan yang pertama.
Pun begitu dengan studi banding. Mulanya, kunjungan dilakukan ke Griya Sehat di Kendal yang didanai oleh Kemenkes RI. Semangat itulah yang kemudian mendorong pendirian Griya Sehat di Kuningan.
Dijelaskan Dinkes, Griya Sehat di Jalaksana Kuningan yang kemudian dibuka sejak 2023 lalu itu, ternyata pertama di Jawa Barat. Misi pendirian ini, juga jadi ambisi Kadinkes dr Susy Lusianti, yang saat open bidding menjanjikan inovasi pengobatan tradisional.
“Jadi (pembentukan Griya Sehat, termasuk beberapa kali kunjungan ini adalah) tindak lanjutnya (janji inovasi dr Susy Lusianti saat open bidding),” jelasnya.
Gambaran soal Griya Sehat sendiri, memang cukup unik. Dikelola oleh para dokter, mereka dilatih kembali untuk saintifikasi jamu dan praktek pengobatan tradisional seperti bekam, hipnoterapi, jamu, edukasi ramuan, akupuntur, akupressur, terapi olah energi, dan pijat baduta.
“Pengobatannya bener bener herbal. Tidak ada kimia,” jelasnya.
Obat yang digunakan pun berisikan tanaman herbal yang dikeringkan dan dimasukan ke toples, biasa dinamai simplisia. Ada juga jamu yang sudah berbentuk pil.
Di Kabupaten Kuningan sendiri, Griya Sehat hadir di Jalaksana. Namun, praktik pengobatan tradisional, mulai didorong agar bisa terlaksana di setiap BLUD Puskesmas.
Bahkan, kini sudah ada beberapa Puskesmas yang memberikan pelayanan pengobatan tradisional seperti Garawangi dan Sukamulya. Hanya saja, tidak setiap hari, namun terjadwal.
Tidak hanya itu, biaya pengobatan tradisional juga diatur di Perda. Dinkes ingin mendorong masyarakat terbiasa dengan pengobatan tradisional.
Selain itu, kedepan juga ada wacana ingin menertibkan praktisi pengobatan tradisional. Bukan untuk menghilangkan praktek yang ada, tapi setiap praktisi harus memenuhi standar untuk memberikan pelayanan terbaik ke masyarakat.
Selain menjawab tuduhan “jalan-jalan”, Dinkes juga menjawab singkat soal tudingan dana covid termasuk pembelian gedung eks-RSCI yang dianggap mahal.
Dinkes mengatakan, saat covid leqding sektornya adalag gugus tugas dari Pemda Kuningan. Pihaknya, hanya menerima rumah sakit setelah terbeli dan saat pembentukan tim appraisal.
“(Dan) Sekarang (sudah) jadi asset RSUD 45 Kuningan,” jawabnya tidak rinci. (eki)