KUNINGAN (MASS) – Ikan Dewa merupakan ikan air tawar yang memiliki sejuta mitos dan legenda. Ikan yang dalam bahasa latin bernama Torsoro (Tor douronensis atau Labeobarbus douronensis) ini dikeramatkan oleh masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Kuningan.
Beberapa mitos yang beredar di masyarakat adalah ikan ini dianggap sebagai jelmaan prajurit Prabu Siliwangi. Selain itu, ada juga mitos yang mengatakan bahwa ikan ini dianggap sebagai ikan yang memiliki kedudukan tinggi dikalangan sosial masyarakat. Hal itu dikarenakan pada zaman kerajaan dulu, ikan Dewa adalah salah satu makanan yang hanya bisa dinikmati para Raja.
Tidak sampai disitu, nama Torsoro pada ikan ini diambil dari sebuah relief di Candi Borobudur yang menggambarkan aktivitas nelayan yang sedang menangkap ikan. Penamaan ikan ini terjadi pada tahun 1842.
Namun, dari berbagai mitos dan legenda yang ada, ternyata ikan ini mempunyai kandungan gizi yang sangat tinggi. Menurut salah satu penggiat budidaya di tempat Budidaya Ikan Dewa H. Supyan, Noval Falahuddin, ikan Dewa dapat mempercepat proses pemulihan pasca operasi dengan kandungan Albumin yang tinggi.
“Ikan ini punya kandungan Albumin (Fish Serum Albumin) yang tinggi, bagus buat proses pemulihan setelah operasi. Kalau biasanya kan masyarakat cari ikan gabus untuk pemulihan, nah ikan Dewa ini bahkan lebih bagus daripada ikan gabus,” kata Noval, Kamis (20/7/2023).
Menurut beberapa penelitian, serum albumin merupakan suatu jenis protein yang penting dalam sistem metabolisme ikan. Protein Fish Serum Albumin (FSA) berfungsi untuk transportasi metabolit tubuh (asam lemak, hormone, bilirubin), dan untuk mengatur sistem regulasi tekanan osmotik koloid darah dan proses osmoregulasi pada tubuh ikan, serta sebagai penyaring cairan dalam jaringan tubuh.
Selain itu, FSA juga memiliki bioaktivitas yang berguna bagi kebutuhan farmakologis dan telah menjadi suatu produk nutraseutikal yang komersial. ekstrak FSA dari ikan juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan serum albumin pada penanganan penyakit hypoalbumenia di rumah sakit yang semakin meningkat, sebagai alternatif dari FSA sintetik yang memiliki harga relatif mahal. (hafidz/mgg)
