KUNINGAN (MASS) – Saat orang masih banyak yang mempelajari dan memperdebatkan tentang ideologi ekonomi, seperti kapitalisme, komunisme, sosialisme, dan lain-lain. Disaat yang bersamaan sebenarnya telah lahir ideologi ekonomi yang baru, yaitu ideologi yang tidak memiliki ruang batas dan jarak. Ideologi yang akan meninggalkan jauh bagi siapapun yang tidak bisa mengikuti lompatan-lompatannya. Ideologi yang penuh dengan hal-hal yang sangat unpredictable, yaitu ideologi Digitalisme.
Meskipun barangkali ada juga yang tidak sependapat dengan menggunakan terminologi ideologi, tetapi faktanya ruang kehidupan masa depan kita akan dipenuhi oleh hal-hal yang serba digital. Sedikit hiperbolis dalam istilah sastra, mungkin boleh untuk mengilustrasikan suatu keadaan yang tidak bisa dideskripsikan.
Pada kesempatan ini, saya ingin mencoba sedikit mengulas tentang jargon-jargon yang akan mengisi ruang kehidupan manusia di masa yang akan datang, yaitu Artificial Intelligence (AI) atau ada juga yang menyebutnya machine learning. Dalam konsep ini kita meng-entry jutaan data dan clue pada mesin komputasi. Lalu mesin ini akan berpikir sendiri based on input yang telah berikan. Jadi kunci dalam AI ini ada input berupa big data.
Oleh karena itu jangan heran jika perusahaan-perusahaan banyak yang membutuhkan data. Sedikit-sedikit masukan data anda. Perusahaan yang memiliki big data ini akan memiliki harga sangat mahal atas aset data yang dimilikinya. Implementasinya bisa terjadi AI yang akan menganalisis pengobatan seorang pasien misalnya, dan diperkirakan tingkat keakurasiannya akan lebih akurat dari dokter. Maka tenaga dokter akan digantikan oleh robot AI ini.
Jargon kedua tentang apa yang disebut dengan Internet of Things (IoT), yaitu seperangkat appliance yang saling terkoneksi dengan sensor dan internet, serta bisa dikendalikan via smartphone. Misalnya jika pakaian bersih di lemari sudah hampir habis, maka sensor lemari akan segera memberi tahu ke laundry langganan kita. Lalu Di layar smartphone akan muncul notifikasi pesanan. Kita tinggal klik approve dan tukang laundry segera menjemput pakaian kita.
Selanjutnya ada juga jargon yang disebut Driverless Vehicle, yaitu kendaraan yang bergerak tanpa supir. Misal kereta api/MRT yang bergerak dari satu titik ke titik tujuan sudah tidak memakai masinis. Hal ini sebenarnya sudah cukup lama di negara-negara maju, dan secara bertahap akan merembet ke negara lainnya.
Disamping itu ada juga yang disebut Digital Payment, yaitu proses pembayaran yang cukup dengan menggunakan smartphone. Caranya cukup dengan menempelkan hp ke QR Code yang ada di counter kasir, maka terjadilan transaksi pembayaran. Jadi tidak lagi menggunakan kartu atau harus membuka dompet terlebih dahulu.
Lalu muncul lagi yang terbaru Teknologi 5G, yang merupakan teknologi jaringan ponsel kelima yang memiliki kecepatan puncak sampai 20 GB per second. Super cepat sangat memanjakan customer yang selama ini sering merasa lelet dengan smartphone-nya yang hanya memiliki kecepatan rata-rata normal adalah 100 mb per second. Bayangkan integrasi antara teknologi 5G dengan IoT inilah yang akan banyak menghiasi ruang-ruang kehidupan manusia di masa yang akan datang.
Pertanyaannya apakah semua masyarakat kita sudah siap memasuki era ini? Jangan sampai ada istilah “smartphone-nya makin smart, tapi usernya makin bodoh“. Lihat saja banyak smartphone yang semakin mahal dengan fitur-fitur yang semakin canggih, tapi yang dipakai tetap saja hanya untuk keperluan WA dan menelpon saja.
Dengan demikian maka saat teknologi terus bergerak maju merubah peradaban manusia, maka kita harus siap dengan segenap pengetahuan dan keterampilan di bidang ini. Tiga kata kuncinya yang perlu kita perhatikan adalah biasakan untuk terus belajar (Keep learning), biasakan untuk terus mengasah keterampilan (Keep upgrading our skills) dan biasakan untuk selalu beradaptasi dengan teknologi (Keep embracing new technology). Tentu didalamnya termasuk jadilah pengguna smartphone yang semakin pintar (Be a smarter smartphone user). Semoga bermanfaat.***
Penulis: Dede Farhan Aulawi