Connect with us

Hi, what are you looking for?

Anything

Di Kuningan juga Ada Manusia Silver

KUNINGAN (MASS) -Jika belakangan ini karena covid di kota besar banyak bermunculan manusia silver, ternyata di Kuningan pun ada.

Seperti pada Jumat (20/11/2020) sore, secara tak sengaja kuninganmass.com bertemu salah satu atau mungkin satu-satunya manusia silver di Kuningan.

Sore itu masih sekitar pukul 15.00 WIB. Tepatnya, di salah satu lampu lalu lintas perempatan Jalan RE Martadinata – Jl Cut Nyak Dien.

Lelaki paruh baya itu, dengan telanjang dada mempertunjukan gerakan-gerakan kaku sembari membawa ember dengan sudah ada beberapa receh di dalamnya.

Manusia dengan cat silver yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya itu, berjalan mendekati kendaraan-kendaraan yang masih berdiam diri, menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.

Satu dua dari pengendara mungkin merasa terketuk hatinya. Memberikan selembar dua kembar uang kertas yang nominalnya tak seberapa. Memberi apresiasi pada manusia silver.

Saat lampu kembali menyalakan warna hijau, saat itulah lelaki paruh baya itu menepi. Membiarkan para pengendara berlalu lalang tanpa gangguan dirinya. Saat itulah, kuninganmass.com mencoba mewawancarainya.

Lelaki itu bernama Nono, warga Luragung yang memilih menjadi manusia silver karena desakan ekonomi.

Pada kuninganmass.com diirmya mengaku mengecat hampir seluruh tubuhnya dengan cat warna silver.

“Ya gimana lagi, Gak ada lagi pekerjaan atuh,” ujarnya dalam Bahasa Sunda.

Menjadi manusia silver, adalah pilihannya menyambung hidup demi istri dan anaknya setelah sebelumnya, bangkrut berdagang di perantauan karena covid.

Bukan tanpa usaha, setelah gagal bertahan di Jakarta, dirinya mencoba terus berdagang namun gagal lagi, dan lagi.

“(Tidak apa-apa jadi manusia silver, red) nu penting ekonomi (jalan, red),” ceritanya lebih lanjut.

Nono ternyata tidak menetap di satu lampu lalu lintas. Dalam sebulan ini, dirinya kadang berpindah dari satu titik ke titik lainnya.

Namun satu hal yang pasti, setidaknya selama satu hari, Noni menghabiskan waktu 6 jam untuk rela terpanggang dengan balutan cat warna silver tersebut.

“Paling dibersihkeun engkena nu kana kulit,” jawabnya saat ditanyai apakah kulitnya baik-baik saja karena sering di cat.

Dirinya mengaku, pekerjaan ini dilakukannya hanya untuk menyambung hidup dan mungkin saja sementara.

Apalagi, dari pengakuan Nono, pendapatannya tak begitu besar. Hanya sampai Rp.100ribu saja, itupun jika lalu lintas ramai. (eki)

Advertisement

Berita Terbaru

Advertisement
Advertisement

You May Also Like

Advertisement
Exit mobile version