KUNINGAN (MASS) – Sebuah ungkapan puitis melukiskan, “Harta yang paling berharga adalah keluarga, istana yang paling indah adalah keluarga”. Dari sudut pandang agama sosial dan budaya, ketahanan keluarga adalah dimensi yang fundamental sebagai benteng terakhir ketahanan bangsa dan negara.
Bak sebuah alur cerita film sinopsis Our Children, yang merupakan film garapan sutradara Joachim Lafosse yang mengusung drama kriminal, yang mengangkat kejadian nyata di Belgia pada tahun 2007,dimana seorang ibu yang membunuh anak – anaknya.
Baru-baru ini jagad media pun di gemparkan oleh seorang ibu rumah tangga yang berasal dari Brebes yang tega menggorok ketiga anaknya sendiri dengan pisau dapur, satu anak yang di nyatakan meninggal.
Ibu yang mengorok anaknya tersebut bernama kanti utami, warga desa dukuh sokawera Tonjong Kabupaten Brebes Jawa tengah, dan dia di duga depresi.
Di lansir Galamedia NEWS. Com kejadian sadis tersebut terjadi pada ahad, 20 maret 2022 setelah sholat subuh, korban yang meninggal adalah putri kedua pelaku yang masih berusia 7 tahun sedangkan kedua anak lainnya di larikan ke Puskesmas Tonjong.
Sadis, miris dan sunguh di luar nalar yang membuat kita terheran- heran apa sebenarnya yang ada di dalam benak seorang ibu yang tega menggorok ketiga buah hatinya sangat jauh dari kata waras.
Pembunuhan atau perilaku membunuh itu di larang dalam Islam karena ini merupakan kejahatan tingkat tinggi apa lagi kalau membunuh itu di lakukan dengan sengaja.
Alih-alih demi menyelamatkan anak- anaknya agar tidak mengalami kesulitan hidup di masa depan sebagai mana yang ia alami. Di mana letak keimanan ibu tersebut, bukankah ada pepatah yang mengatakan roda itu berputar, manusia terlahir membawa rezeki masing- masing.
Kasus ibu depresi dan menjadikan anak-anak korban sudah sering terjadi. Himpitan ekonomi di sistem kapitalis sekuler ini sungguh menyesakkan dada. Korban kemiskinan sistemik yang terjadi, tentu solusinya harus sistemik, tidak akan selesai hanya dengan rehabilitasi orang per orang yang terkena depresi. Selain itu, keimanan seseorang harus senatiasa dijaga, saling peduli antar sesama dan keridaan atas rezeki yang diterima harus ada.
Oleh karena itu, negara harus menghilangkan kemiskinan, namun penerapan sistem ekonomi kapitalis liberal yang telah terbukti melenglangkan kemiskinan dan kesenjangan di biarkan begitu saja. Dengan berbagai solusi yang dangkal akibat analisis sebab yang tidak menyentuh akal.
Fakta menunjukan merebaknya kejahatan bukanlah di sebabkan oleh satu faktor saja, melainkan banyak faktor yang terlibat. Namun inti dari semuanya adalah sekularisme, liberarisme, dan kapitalisme.
Sekularisme menjauhkan agama dari pengaturan kehidupan. Sistem ekonomi sosial, budaya yang di garap lepas dari agama tidak adanya tuntunan dan sekaligus rem bagi manusia dalam bertindak .
Kapitalisme, menjadikan ukuran dari kehidupan adalah materi sehingga mengabaikan faktor non materi seperti agama dan kasih sayang. Paham ini sangat merusak tatanan dalam lingkup kecil masyarakat yakni keluarga.
Kaum ibu seyogianya mengambil peran setrategis bersama umat agar mampu melindungi anak -anaknya agar kelak tak akan ada lagi perih melihat luka buah hatinya akibat kekerasan orang tuanya . Saatnya kita menegakan Islam, rahmat yang meliputi seluruh alam .
Wallahu ‘alam bishshawab.
Penulis : Lilis Betty Susilawati