KRAMATMULYA (MASS) – “Peringatan Rajaban tahun ini terselenggara berkat kerja keras para pemuda dan para pelajar NU Kramatmulya. Karenanya, kami berterima kasih sebesar-besarnya kepada IPNU/IPPNU, ANSOR/BANSER yang telah berjuang maksimal hingga kegiatan ini berjalan dengan lancar dan baik. Merekalah pemilik masa depan. Merekalah yang akan menentukan nasib bangsa ini,” ujar ketua MWC NU Kramatmulya, Dedi Ahimsa dalam sambutannya pada puncak peringatan Isra Mikraj 1441 H yang digelar oleh MWC NU Kramatmulya bekerja sama dengan BANOM NU Kramatmulya.
Puncak acara Rajaban yang digelar di alun-alun Desa Cikaso (14/3) itu diisi dengan shalawatan, hadhrah, pembagian hadiah lomba-lomba, dan diakhiri dengan tabligh akbar oleh Gus Noval dari buntet Pesantren.
Dihadapan ribuan jamaah pengajian yang didominasi ibu-ibu, lebih jauh Dedi mengungkapkan bahwa acara malam itu merupakan puncak kegiatan Rajaban.
Sebelumnya ada beberapa kegiatan lain yang telah dilakukan, termasuk bersih-bersih masjid (bakti masjid), dan beberapa perlombaan, yaitu lomba baca kitab, lomba ceramah, dan cerdas cermat ke-Aswajaan.
Dedi berharap, rangkaian kegiatan Rajaban tersebut dapat memicu semangat para generasi muda untuk memanfaatkan potensi dan kemampuan mereka untuk melakukan bakti kepada umat. Menurutnya, saat ini masyarakat cenderung bergerak menjadi makin individualis dan masa bodoh.
“Bahkan di desa-desa, nyaris tak terdengar lagi kegiatan kerja bakti atau gotong royong. Dulu, masyarakat dengan suka cita bekerja bersama dan bergotong royong membuat dan memperbaiki berbagai fasilitas bersama. Tetapi saat ini, seiring dengan bergulirnya dana desa, masyarakat cenderung malas kerja bakti dan gotong royong karena beranggapan bahwa lebih permisif karena beranggapan karena nyaris semua fasilitas umum dibiayai negara. Karena itulah gelaran Rajaban ini salah satu tujuannya adalah membangkitkan kembali semangat khidmat, semangat mengabdi kepada umat. Kami mengajak para pengurus MWC dan juga para nonoman Ansor, IPNU/IPPNU untuk khidmat, misalnya dengan bersih-bersih masjid dan aktivitas sosial lainnya,” papar Dedi.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Panitia Rajaban, Iip Apipudin, menuturkan kegiatan musabaqah yang digelar seminggu sebelum puncak kegiatan Rajaban dimaksudkan untuk menggali potensi dan bakat generasi muda NU.
“Saat ini para remaja dan pemuda lebih gemar mencari ilmu tentang fikih dan ilmu keagamaan lainnya lewat perangkat media sosial. Kami ingin menyemarakkan lagi kegiata mengaji kitab kuning dan juga mengembangkan minat khithobah atau berceramah. Dengan demikian, kelak akan muncul para alim yang benar-benar menguasai turats atau warisan para ulama salafa salih,” ujar Iip dalam sambutannya.
Acara puncak gelar Rajaban itu sendiri dipungkas dengan taushiah atau tabligh yang disampaikan Gus Noval bin Fuad Hasyim dari Pesantren Buntet Cirebon. Dalam ceramahnya, Gus Noval yang malam itu mengenakan jaket Banser menekankan pentingnya Jam’iyyah untuk memajukan Indonesia. Kemajuan Islam dan persatuan umat tidak bisa dilepaskan dari kedamaian dan stabilitas sosial di Indonesia.
Karenanya, penting bagi setiap Nahdliyyin untuk menjaga kedamaian dan persatuan bangsa ini demi mewujudkan baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur.
Selain ribuan jamaah dari Desa Cikaso dan desa-desa lain di wilayah Kecamatan Kramatmulya, acara puncak itu sendiri dihadiri para sesepuh MWC NU Kecamatan Kramatmulya, jajaran pemerintah Kec. Kramatmulya, kepala Desa Cikaso, dan kepala KUA Kec. Kramatmulya. Mereka duduk khidmat di belakang Gus Noval yang menjadi muballigh. Tampak pula demisioner Ketua GP Ansor PC Kuningan, KH Didin Misbahudin dan Kasatkorcab Banser. (deden)